Kerbau Rawa Jadi Agrowisata

Peternak Produksi Seruput Jely dan Susu

 

KAYUAGUNG, SuaraSumselNews | BUMI Bende Seguguk adalah semboyan dari daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Semboyan ini sudah dikenal keberadaannya di daratan Pulau Sunateta wilayah Selatan.

Apalagi menyebutkan Kayuagung yang lebih dikenal dengan Biduk Kajangnya. Karena tempo dulu daerah ini terkenal wong berperahu besar dan beratapkan kajang menjelajah penjuru perairan di Bumi Sriwijaya. Dengan membawa dagangan berupa peralatan masak-memasak yang semuanya terbuat dari tanah dan kayu.

Toh kalau sekarang, tidak ditemukan lagi. Ya tinggal cerita dan kenangan bagi kaum tua yang lahir sekitar tahun 1960-an itu.

Bagaimana, kabupaten satu ini? Ya ternyata memiliki potensi agrowisata berupa peternakan kerbau rawa. Kawasannya tidak begitu jauh dari pusat Kota Palembang. Media ini menyambangi kabupaten satu ini ketika sinar matahari mulai meredup di ufuk barat.

Untuk bisa menyaksikan kerbau-kerbau yang ada disana saat mereka akan pulang kandang. Sebelum tiba di Desa Bangsal Kecamatan Pampangan, pemandangan tidak begitu tampak menarik di Desa Rambutan Kabupaten Banyuasin.

Menurut Kepala Desa (Kades) Bangsal, Muhammad, dari cerita-cerita orang terdahulu, seluruh kerbau rawa di Provinsi Sumatera Selatan berasal dari Kecamatan Pampangan. Kerbau rawa pun identik dengan Pampangan. Namun Desa Bangsal di Kecamatan Pampangan, adalah salah satu sentra pengembangbiakkan kerbau rawa.

Selain diternakkan untuk dijual daging dan anakan, kerbau rawa Kecamatan Pampangan ternyata menghasilkan susu yang segar. Hebatnya, sejak beberapa tahun lalu, peternak kerbau di Desa Bangsal mulai mengembangkan nilai turunan dari susu segar kerbau rawa.

Susu segar disebut penduduk Desa Bangsal dengan istilah puan dan diolah menjadi jelly puan. Menurut Muhammad, makanan itu diproduksi oleh para santri di Pondok Pesanteren Ibnul Fallaah. Tidak cuma menyehatkan, ternyata harganya pun masih sangat terjangkau, Rp 2.500 setiap satu cup kecil.

“Dulunya susu segar kerbau yang ada disini hanya dijadikan gulo puan, sagon puan dan minyak samin, ” kata Muhammad, Minggu kemarin.

Jelly Puan dibuat dengan menggunakan beberapa campuran bahan tambahan seperti gula, jelly, sirup, dan air dengan bahan utama susu kerbau rawa.

Siang itu, Minggu, sebagai pimpinan di pondok pesanteren di pinggiran rawa-rawa itu ia sempat mendampingi para santri untuk sekedar memperlihatkan bagaimana cara membuat jelly. 2 liter puan kerbau rawa yang masih segar pun dipersiapkan.


Setelah diolah dengan memasukkan beberapa campuran, maka jadilah sekitar 70 cup jelly puan rasa vanila dan coco pandan.

Selain sedap dipandang mata karena dibuat beraneka warna, jelly puan pun ternyata sedap di lidah karena tanpa ada aroma amis. Jelly puan ini paling mantap jika diseruput saat cuaca panas dan bisa dimakan dengan menggunakan sendok setelah didinginkan di dalam kulkas.

Sebenarnya Desa Bangsal di Pampangan adalah salah satu dari beberapa daerah yang ada di Sumsel dan menjadi tempat pengembangbiakan kerbau rawa.

Camat Pampangan, Hendy menjelaskan, di wilayahnya masih terdapat ribuan ekor kerbau rawa dan tersebar di beberapa desa yang dimiliki oleh beberapa peternak.

Ia berharap kerbau rawa yang ada di Kecamatan Pampangan akan semakin eksis bila persedian pakan dan lokasi pengembalaan berupa rawa-rawa tetap di jaga dengan baik. (*)
laporan : adeni andriadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *