Tol Prabumulih–Muaraenim Dikeluarkan Pemerintah dari PSN

PALEMBANG, SuaraSumselNews | JALAN tol Simpang Indralaya-Prabumulih-Muara Enim-Lubuklinggau-Bengkulu dipastikan tak akan tersambung hingga tahun depan (2024, red). Sebab, ruas Prabumulih-Muara Enim dikeluarkan pemerintah pusat dari proyek strategis nasional (PSN).

Pj Sekda Kota Prabumulih, Aris Priadi mengaku tidak tahu persis untuk perkembangan pembangunan ruas jalan tol Prabumulih-Muara Enim.

“Kalau untuk pembebasan lahan, sudah selesai, khusus di wilayah Prabu,” katanya, kemarin.

Namun, untuk konstruksi fisik, jadi kewenangan Hutama Karya. Pemkot Prabumulih tidak terlibat. “Kalau untuk tol Indralaya-Prabumulih, sampai saat ini masih gratis.

Kita berharap, Prabumulih-Muara Enim bisa segera dibangun juga,” imbuh Aris.

Terpisah, Asisten II bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Muara Enim, H Riswandar SH MH mengatakan pernah dapat informasi kalau untuk pembangunan tol di MuaraEnim memang dihentikan.
“Tapi informasi resmi belum ada,” ujarnya.

Ia menambahkan, kalau pun memang dihentikan pembangunannya, tentu hal itu jadi kewenangan pemerintah pusat. “Sebab, anggarannya juga dari pusat. Kita sebatas membantu saja. Seperti inventarisir lahan. Itu pun semua sudah clear, tidak ada masalah,” jelasnya.

Riswandar berkeyakinan, penghentian pembangunan tol di Muara Enim ini sifatnya sementara. Bukan permanen. Kaitannya dengan dana. “Mungkin ada skala prioritas lain. Tentu kita
menunggu ini dilanjutkan karena tol Muara Enim sudah sangat diharapkan masyarakat,” bebernya.

Keberadaan jalan tol Muara Enim akan sangat menguntungkan dari segi perhitungan ekonomis. “Karena ada percepatan roda perekonomian yang timbul. Jarak tempuh akses yang lebih
cepat untuk ke Kota Palembang maupun daerah lainnya,” jelasnya.

Untuk ruas tol Lubuklinggau-Bengkulu juga belum tersambung. Namun warga yakin hanya tinggal menunggu waktu. Sebab, sudah ada ruas Indrala-Prabumulih yang telah beroperasional. Juga dari arah Bengkulu, sudah mengarah pembangunannya ke Lubuklinggau.Berdasarkan data monitoring progres konstruksi Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Badan Pengatur Jalan Tol, saat ini masih tahap pembebasan lahan yang baru 19 persen. Rencana

progres konstruksi jalan tol Prabumulih-Muara Enim ini sebetulnya sudah 100 persen siap.

Hanya saja, biaya yang dibutuhkan terbilang besar. Pemerintah butuh total dana investasi pembangunan jalan tol Prabumulih-Muara Enim sebesar Rp24,11 triliun. Untuk konstruksi saja

Rp15,68 triliun. Kontruksi jalan tol Prabumulih-Muara Enim ini ditargetkan mulai setelah pesta demokrasi serentak 2024. “Karena itu, saat ini belum dimulai sama sekali. HK baru akan

mengerjakan sesuai Perpres dan PPJT yang ada,” sambungnya.

Jalan tol Prabumulih-Muara Enim memiliki panjang 54,6 Km. menjadi salah satu bagian dari jalan tol Simpang Indralaya-Muara Enim dengan total panjang 119 km. Sedangkan tol

Indralaya-Muara Enim merupakan salah satu ruas dari JTTS yang menghubungkan Lampung-Aceh sepanjang 2.765 km.

“Saat ini, Hutama Karya sudah membangun kurang lebih 1.021,5 km ruas tol, dan menghubungkan hampir seluruh wilayah di Sumatera,” tutur Tjahjo. Kehadiran JTTS memiliki efek

berganda (multiplier effect) bagi kemajuan Sumatera. Muncul geliat ekonomi baru di sejumlah wilayah.

Penggunaan listrik meningkat. Jumlah uang yang beredar juga. “Semua itu menjadi salah satu bukti dalam meningkatnya pertumbuhan (ekonomi) itu,” bebernya. Belum lagi efisiensi

waktu. Berkurangnya biaya logistic dan dampak positif lainnya.

“Menjelang akhir tahun, Hutama Karya menargetkan selesai 13 ruas JTTS tahap I dan mulai pembangunan JTTS tahap II yaitu Tol Betung – Jambi seksi 3 Bayung

Lencir – Tempino sepanjang 34 km dengan skema dukungan konstruksi. Juga tol Lingkar Pekanbaru (30,5 km),” tandasnya.

Diketahui, dikeluarkannya sejumlah proyek dari PSN disampaikan sebelumnya oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ia menyebutkan, ada beberapa

proyek yang dihentikan karena memang belum mulai dan belum ada anggarannya dalam APBN.

Proyek-proyek itu antara lain, pelabuhan New Ambon dan kawasan industri di Tanggamus. Lalu, air baku di Provinsi Bali, tol Rantau Prapat Kisaran, Langsa-Lhoksumauwe,

Lhokseumawe-Sigli. “Kemudian, tol Dumai Sigambar, Rantau Prapat, Muara Enim, SPAM Juanda, SPAM Jatigede, SPAM Kamijoro,” bebernya.

Kata Airlangga, seluruhnya dikeluarkan dari PSN karena antara off taker dan financial proyek-proyek itu belum closing. Ada pun ruas tol yang telah beroperasi secara penuh saat ini yakni

tol Bakauheni – Terbanggi Besar (141 km), tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayu Agung (189 km), dan tol Palembang – Indralaya (22 km).

Kemudian, tol Medan-Binjai (17 km), tol Pekanbaru – Dumai (132 km), tol Sigli-Banda Aceh Seksi 2–6 (50 km) serta tol Binjai – Langsa Seksi 1 (12 km). Ada juga, tol Bengkulu – Taba

Penanjung (18 km) dan Tol Pekanbaru – Bangkinang (31 km). Lalu, tol Indralaya – Prabumulih (64 km) dan tol Binjai – Langsa Segmen Binjai – Stabat (7,5 km). (chy/way/zul/dik/*)

hambatan ini. “Kami dapat informasi Jl Lettu Muhammad

Amin ini bakal jadi exit tol. Lokasinya memang strategis, di simpang empat. Dekat perbatasan Lubuklinggau-Musi Rawas dan langsung terkoneksi dengan jalan lingkar utara Kota Lubuklinggau, yang mengarah ke Jalinsum Lubuklinggau-Jambi,” beber Deni, warga Kelurahan Marga Mulya, Kecamatan Lubuklinggau Selatan II.

Masyarakat sudah menantikan pembangunan berlanjut dan ruas tol ini terwujud. Sebab, jika sudah jadi, waktu tempuh dari Kota Lubuklinggau ke Palembang yang selama ini bisa 7-8
jam, bisa dipangkas setengahnya saja. “Kalau sudah ada jalan tol, paling 3-4 jam. Bisa pulang pergi Lubuklinggau-Palembang dalam sehari,” kata Deni.

Anggota DPRD Provinsi Sumsel H Hasbi Asadiki mengkonfirmasi, jika proyek pembangunan Nasional itu cepat atau lambat pasti akan dilanjutkan. Dia meminta warga di Mura — Lubuklinggau dan Muratara (MLM) untuk bersabar.

“Pemerintah saat ini memprioritaskan jalan tol inti dulu, Trans Sumatera. Jalan itu akan dikoneksikan yang dari Betung ke tol kramasan Palembang-Lampung, setelah rampung, baru dilanjutkan ke jalan tol sirip Palembang-Bengkulu,” bebernya.

Dia menegaskan, pembangunan jalan tol masuk ke kota Lubuklinggau masuk dalam sesi ke Sesi ke-4 ini adalah ruas Kepahiang-Lubuklinggau. Sebaliknya juga akan dibangun dari arah

Muara Enim ke Lubuklinggau, sehingga akan tersambung tol Palembang ke Bengkulu.

Informasi dihimpun, Panjang Jalan tol sirip Trans Sumatera Bengkulu-Palembang, sepanjang 392,8 km. Untuk jarak Lubuklinggau-Bengkulu diperkirakan sejauh 95,8 km, dan jarak

Lubuklinggau ke Palembang sejauh 297 km. Di Lubuklinggau ada empat kelurahan yang akan dilintasi jalan tol ini. Tiga kelurahan di Kecamatan Lubuklinggau Selatan I, Kelurahan Jukung, Air Kati dan Binjai. Satu di Kecamatan
Lubuklinggau Timur II, yakni Kelurahan Mesat Seni. Sedangkan exit tol di Kelurahan Jukung Kecamatan Lubuklinggau Selatan I mengarah ke simpang empat Tanah Periuk Jl Lettu
Muhammad Amin.

EVP Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya (Persero), Tjahjo Purnomo mengatakan, pembangunan jalan tol ruas Prabumulih – Muara Enim memang dikeluarkan PSN.

Berdasarkan data monitoring progres konstruksi Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) Badan Pengatur Jalan Tol, saat ini masih tahap pembebasan lahan yang baru 19 persen. Rencana progres konstruksi jalan tol Prabumulih-Muara Enim ini sebetulnya sudah 100 persen siap.

Hanya saja, biaya yang dibutuhkan terbilang besar. Pemerintah butuh total dana investasi pembangunan jalan tol Prabumulih-Muara Enim sebesar Rp24,11 triliun. Untuk konstruksi saja
Rp15,68 triliun. Kontruksi jalan tol Prabumulih-Muara Enim ini ditargetkan mulai setelah pesta demokrasi serentak 2024. “Karena itu, saat ini belum dimulai sama sekali. HK baru akan
mengerjakan sesuai Perpres dan PPJT yang ada,” sambungnya.

Jalan tol Prabumulih-Muara Enim memiliki panjang 54,6 Km. menjadi salah satu bagian dari jalan tol Simpang Indralaya-Muara Enim dengan total panjang 119 km. Sedangkan tol Indralaya-Muara Enim merupakan salah satu ruas dari JTTS yang menghubungkan Lampung-Aceh sepanjang 2.765 km.

“Saat ini, Hutama Karya sudah membangun kurang lebih 1.021,5 km ruas tol, dan menghubungkan hampir seluruh wilayah di Sumatera,” tutur Tjahjo. Kehadiran JTTS memiliki efek

berganda (multiplier effect) bagi kemajuan Sumatera. Muncul geliat ekonomi baru di sejumlah wilayah. Penggunaan listrik meningkat. Jumlah uang yang beredar juga. “Semua itu menjadi salah satu bukti dalam meningkatnya pertumbuhan (ekonomi) itu,” bebernya. Belum lagi efisiensi waktu. Berkurangnya biaya logistic dan dampak positif lainnya.

“Menjelang akhir tahun, Hutama Karya menargetkan selesai 13 ruas JTTS tahap I dan mulai pembangunan JTTS tahap II yaitu Tol Betung – Jambi seksi 3 Bayung
Lencir – Tempino sepanjang 34 km dengan skema dukungan konstruksi. Juga tol Lingkar Pekanbaru (30,5 km),” tandasnya.

Diketahui, dikeluarkannya sejumlah proyek dari PSN disampaikan sebelumnya oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ia menyebutkan, ada beberapa proyek yang dihentikan karena memang belum mulai dan belum ada anggarannya dalam APBN.

Proyek-proyek itu antara lain, pelabuhan New Ambon dan kawasan industri di Tanggamus. Lalu, air baku di Provinsi Bali, tol Rantau Prapat Kisaran, Langsa-Lhoksumauwe, Lhokseumawe-Sigli. “Kemudian, tol Dumai Sigambar, Rantau Prapat, Muara Enim, SPAM Juanda, SPAM Jatigede, SPAM Kamijoro,” bebernya.

Kata Airlangga, seluruhnya dikeluarkan dari PSN karena antara off taker dan financial proyek-proyek itu belum closing. Ada pun ruas tol yang telah beroperasi secara penuh saat ini yakni tol Bakauheni – Terbanggi Besar (141 km), tol Terbanggi Besar – Pematang Panggang – Kayu Agung (189 km), dan tol Palembang – Indralaya (22 km).

Kemudian, tol Medan-Binjai (17 km), tol Pekanbaru – Dumai (132 km), tol Sigli-Banda Aceh Seksi 2–6 (50 km) serta tol Binjai – Langsa Seksi 1 (12 km). Ada juga, tol Bengkulu – Taba Penanjung (18 km) dan Tol Pekanbaru – Bangkinang (31 km). Lalu, tol Indralaya – Prabumulih (64 km) dan tol Binjai – Langsa Segmen Binjai – Stabat (7,5 km). (se/*)