Dihadiri Wagub Sumsel dan Rosihan Arsyad
PALEMBANG, SuaraSumselNews | SEDIKITNYA 400 orang lebih wartawan Sumsel Angkatan 70, 80, dan 90, menggelar acara Reuni Wartawan Sumatera Selatan 789 di Griya Agung Palembang, Kamis (21/11).
Acara ini dihadiri Wakil Gubernur Sumsel H Mawardi Yahya, mantan Gubernur Sumsel H Rosihan Arsyad, Ketua PWI Sumsel Firdaus Komar, dan sejumlah wartawan senior.Di antaranya Asdit Abdullah, Kurnati Abdullah, Helmi Marsindang, Ramli Sutanegara, Helmi Apri, Muazin Zair, Anwar Sy Rasuan, DR Iskandar Zulkarnain, dan H Dulmukti Djaja.
Dalam acara ini juga dilakukan peluncuran buku “Wartawan Hebat Sumatera Selatan 789”. Buku tersebut berisi kumpulan tulisan wartawan angkatan 70, 80, dan 90. Isinya berupa perjalanan hidup, maupun suka dan duka mereka selama menjalani profesi sebagai wartawan.
Ketua Panitia Acara, H Iklim Cahya, mengatakan, acara ini terinspirasi dari acara serupa di Sumatera Barat. Ketika itu, Zainal Piliang, wartawan senior Sumsel, menghadirinya.
“Balik ke Palembang, ia berkomunikasi dengan banyak kawan, dengan saya, Bangun Lubis, Helmi Apri, dan kawan lain. Alhamdulillah sambutannya positif. Dibentuklah panitia. Dan saya ditunjuk sebagai ketuanya,” ujar Iklim.
Menurutnya, acara ini semata-mata temu kangen antarwartawan lintas generasi, yang sudah lama tidak berjumpa.
“Ada yang sudah 20 tahunan, baru sekarang bisa bertemu secara langsung. Sebelumnya mungkin hanya berkomunikasi lewat WhatsApp. Hari ini yang hadir cukup banyak. Sekitar 400 wartawan lebih,” katanya.
Dikatakan dia, selain temu kangen, juga digelar peluncuran buku berjudul “Wartawan Hebat Sumatera Selatan 789”. Judul ini sempat jadi perdebatan.
“Tapi setelah kita cermati profi-profil wartawan yang menulis di buku ini luar biasa. Pak Syahril Fauzi, editor buku ini, mengakui memang hebat-hebat penulisnya. Jadi mohon kepada kawan-kawan, kita terima judul ini, Wartawan Hebat Sumatera Selatan 789,” kata mantan Anggota DPRD Ogan Ililr ini.
Dia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang telah mendukung acara ini, dengan menyediakan Griya Agung sebagai tempat acara.
Perwakilan wartawan 789.
Helmi Apri dalam sambutannya mengibaratkan sapu lidi yang sebelumnya terikat kuat, kini ikatannya sudah tidak kencang lagi. Sehingga banyak lidi terlepas dari ikatan dan tersebar di mana-mana.
“Kami merasa terharu serta bangga dengan adanya reuni atau silaturahmi wartawan Sumatera Selatan 789 ini. Sebuah silaturahmi yang menyatukan kembali lidi-lidi yang bercerai berai. Mengumpulkan kembali daun-daun yang berserakan dalam sebuah ikatan yang kuat,” kata wartawan senior, yang harus duduk di kursi roda lantaran kesehatannya menurun.
Ia berharap akan muncul rasa kebersamaan, saling peduli, yang sempat hilang. “Saya bangga bertemu dengan kawan-kawan angkatan 70,80, 90, dan para yunior. Khususnya kepada bapak-bapak yang saat itu cukup kami kenal. Salah satunya Pak Rosihan Arsyad,” ucapnya.
Mantan Gubernur Sumsel H Rosihan Arsyad mengaku memiliki kesan tersendiri dengan wartawan Sumsel.
“Ada pengalaman masa lalu bersama wartawan di Sumatera Selatan, yang membuat saya memutuskan hadir di sini. Sebetulnya orang yang usianya sudah di atas 70 tahun, terbang itu sudah malas. Apalagi dengan cuaca yang tak jelas saat ini. Tapi saya ingin bernostalgia dan bertatap muka dengan saudara-saudara sekalian, yang dulu meliput Pemprov,” katanya.
Ia mengatakan, hubungannya dengan wartawan kala menjabat sebagai Gubernur Sumsel 1998-2003 sangat baik. Walaupun kadang-kadang ada juga berita yang menurutnya nyelekit.
“Saya sadar kalau beritanya tidak menarik, korannya tidak laku.
Perusahaannya bisa tutup dan wartawan kehilangan pekerjaan. Tetapi hubungan kita dekat,” kata mantan Pemimpin Umum Koran Sinar Harapan.
Dikatakan dia, bahkan dirinya pernah memberi kesempatan kepada wartawan untuk menghadiri rapat internal Pemprov. “Walaupun memang kadang-kadang, menulisnya juga tidak sesuai dengan konteks,” ucapnya.
Di tahun 1998, awal dirinya menjabat Gubernur Sumsel, Indonesia dilanda multi krisis, mulai dari krisis ekonomi, sosial budaya, termasuk pertahanan dan keamanan.
“Waktu itu ada isu 300 ribu murid usia sekolah terancam putus sekolah. Saya mengundang staf untuk rapat dan dihadiri wartawan. Kita berusaha cari solusi agar hal yang dikhawatirkan tidak terjadi. Namun besoknya yang jadi headline, bukan soal upaya pemerintah mengatasi persoalan tadi, melainkan 300 ribu anak usia sekolah tadi yang terancam putus sekolah. Sama sekali tidak menyebutkan ada upaya untuk mengatasi itu,” katanya.
Dikatakannya, media itu mempunya tiga fungsi utama, sebagai kontrol sosial, guru yang memberikan pencerahan kepada masyarakat. Dan menjadi forum diskusi.
Dalam acara tersebut dilakukan penyerahan dua buah buku “Wartawan Hebat Sumatera Selatan 789”, dan tiga buah karikatur oleh sejumlah wartawan senior kepada Wakil Gubernur Sumatera Selatan Mawardi Yahya.
Sementara Wakil Gubernur Sumatera Selatan Mawardi Yahya dalam sambutannya, menyampaikan permohonan maaf Gubernur Sumsel Herman Deru, yang tidak dapat hadir, lantaran harus menemani Komisi V DPR RI.
Dikatakan dia, Sumsel adalah milik kita warga provinsi ini. Tugas membangun Sumsel tidak hanya kewenangan Pemerintah, tapi juga rakyat. Termasuk wartawan.
“HD-MY membuka pintu seluas-luasnya bagi masyarakat untuk berpartisipasi membangun Sumsel, sesuai dengan bagian tugas masing-masing,” katanya.(*)