Negeri Berselimut Kabut

Laporan : Adeni Andriadi

Matahari terbit saat saya (Suara Sumsel News) menjelajah keelokan alam di Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung.

Tanah Lampung Barat, ternyata menyimpan banyak kreasi yang diberikan tuhan untuk Indonesia.

Mulai dari sketsa dataran tinggi hingga rendah, semua terlihat begitu indah.

Beragam warna begitu menghias penglihatan mulai dari kebudayaan lokal dan kekayaan alam sekitarnya.

Tanaman kopi terlihat tumbuh subur diatas tanah Lampung. Inilah yang membuatnya dijuluki sebagai negeri kopi berkualitas tinggi.

Kekayaan alam serta kebudayaan lokalnya, seakan membius penglihatan dan menjelma dalam rasa secangkir kopi.

Kabupaten Lampung Barat, ternyata menyimpan banyak keindahan alam dengan Padang Safana, hingga aktivitas vulkanik yang terbentang mulai dari kaki bukit barisan hingga menuju puncaknya.

Puncak bukit barisan menjadi pilihan Suara Sumsel News untuk menempuh perjalanan sambil menikmati pagi hari di Kota Liwa Lampung Barat yang dijuluki negeri berselimut kabut.

Dari atas ketinggian sekitar 1000 meter diatas permukaan laut, terlihat kabut diantara pucuk pucuk pohon lembah hingga menuju lereng bukit barisan.

Bersahutan suara burung dari setiap penjuru membuktikan bahwa kawasan ini masih tetap terjaga.

Usai menikmati pemandangan dari atas puncak bukit barisan, saya melanjutkan perjalanan menuju ke Kota Liwa yang terlihat rapi seiring dengan kontur tanahnya.

Tahun 1994, Kota Liwa luluh lantah akibat gempa bumi 6,6 sekalaliter.

Sebelumnya, tempat tahun 1993, gempa bumi dengan kekuatan 7,5 sekalaliter dikawasan suok justru memunculkan fenomena terbentuknya kawah dan danau besar dan kini menjadi daya tarik bagi Kabupaten Lampung Barat.

Menelusuri jejak patahan gempa di kaki Bukit Barisan. Sepanjang perjalanan semua tempat tinggal (Nuwou) rumah panggung terbuat dari kayu dipertahankan oleh warga sebagai bangunan tahan gempa dan tercatat semenjak ratusan tahun lalu.

Pekarangan rumah warga, dimanfaatkan sebagai tempat untuk melakukan pengeringan biji kopi sebagai salah satu sumber pendapatan.

Menapakkan kaki lebih jauh, saya menemukan perkebunan kopi yang terhampar di bukit bukit pada ketinggian sekitar 400 hingga 1000 meter diatas permukaan laut.

Tanaman kopi mulai dikenal warga Lampung Barat sekitar awal tahun 1970’an.

Kabupaten Lampung Barat, merupakan sebagai daerah penghasil kopi jenis Robusta terbesar di Provinsi Lampung dengan total luas perkebunan 60.000 hektar dan menghasilkan 30.000 ton per hektar pertahun.

Total, ada sekitar 40.000 lebih kepala keluarga mengantungkan penghasilan tambahan dari berkebun kopi.

Meneruskan langkah menuju pusat gempa bumi 75 tahun silam menuju kawasan suwok.

Seluas mata’melihat, Padang Safana terhampar dan membuat saya begitu kecil ketika melintas ditengah luasnya alam sekitar.

Ada tiga danau di Desa Suka Marga. Danau Asam, Danau Minyak, dan Danau Belibis. Nama nama ini diberikan oleh warga berdasarkan yang ada disekitarnya.

Air danau membiru berpadu rumput rumput ilalang yang menguning dua kali dalam satu tahun.

Menelusuri jalan setapak diantara padang rumput saya menikmati adanya aktivitas vulkanik.

Kawah Nirwana menjadi tujuan pertama saya sebuah kawah yang terbentuk karena gempa bumi berpusat di kota Liwa 24 tahun lalu.

Aktivitas kawah terlihat aktif memunculkan air panas berkapur membentuk stalaktit didasar dasar bukit.

Dijuluki nirwana karena kawah ini terdapat ditempat paling tinggi diantara kawah lain.

Kembali menuruni bukit sekitar 550 meter terdapat kawah keramikan yang terbentuk akibat gempa yang terjadi 75 tahun silam.

Aktivitas vulkanik kawah keramikan membentuk dataran menyerupai keramik bening berasal dari lahar mengeras dan berlapis-lapis.

Bagian tengah keramikan rawan hancur saat terinjak karena masih muda dan terdapat lahar panas dibawahnya membuat saya harus berhati-hati saat berada tepat diatasnya.

Sesekali letupan lahar panas terlihat muncul tapi tidak menentu dengan ukuran berbeda menghasilkan uap panas mengepul dengan aroma belerang.

Pergi menelusuri Kabupaten Lampung Barat, seakan membuat kita tidak ingin lekas pulang karena keindahan alamnya begitu mempesona. Hamparan tanah yang subur menjadi sumber mata pencaharian warga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *