3 RS di Linggau tak Mampu Tampung Pasien Covid – 19

Kini Banyak Warga Takut Berobat

 

LUBUKLINGGAU, SuaraSumselNews | KINI ada peningkatan keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di sejumlah Rumah Sakit (RS) besar di Kota Lubuklinggau.

Juru bicara Satgas Covid-19 Lubuklinggau, dr Jeanita Sri A Purba, mengatakan, peningkatan keterisian sejumlah RS ini terjadi akhir-akhir ini semenjak kasus konfirmasi terus meningkat.

“Ketiga RS besar dan RS milik Kabupaten di Lubuklinggau sudah tidak mampu menampung, baik untuk kasus suspek maupun konfirmasi,” kata Jeanita pada wartawan, Selasa (15/9).

Dijelaskan, kasus suspek artinya saat ini banyaklah orang yang sakit, dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Lubuklinggau sudah mendapat evaluasi dari sejumlah RS, bahwa saat ini kasus mati bukan Covid-19 meningkat.

“Apa yang menakutkan, disini adalah dia bukan kasus Covid-19 tapi malas berobat ke RS sekarang. Artinya yang berobat sekarang orang-orang yang parah lalu meninggal dunia,” paparnya.

Dicontohkan, RS itu kapasitas 150 tempat tidur, biasanya akan penuh dengan kasus-kasus non Covid-19. Saat ini hanya 25 -30 persen – artinya hanya 25-30 yang terisi. kemudian matinya 15 – 30 persen juga.

“Artinya begitu banyak yang tidak mau ke rumah sakit karena dituduh Covid-19.
Seharusnya masyarakat secara sadar mengecek dirinya dengan menerapkan protokol kesehatan, jangan lambai dan hanya takut dengan polisi saja baru pakai masker,” ungkapnya.

Dia berharap, daerah penyeimbang baik Kabupaten Mura dan Muratara untuk ikut peduli. Karena hampir rata-rata semua ASN dan pekerja perkebunan di Mura dan Muratara tinggalnya di Lubuklinggau.

“Kota Lubuklinggau saat ini berstatus kota resiko sangat tinggi artinya penularan sudah terjadi di komunitas.
Sehingga Pemkot wajib melakukan evalusi secara ketat tentang apa yang sudah dilakukan selama ini,” ujarnya.

Dia meminta seluruh masyarakat untuk bisa mematuhinya, tidak ada sedikit pun niat pemerintah untuk melukai perasaan masyarakat. Niat pemerintah hanya melakukan peningkatan perekonomian dengan tetap mengandalkan protokol kesehatan.

“Zona merah di Lubuklinggau merupakan zona yang harus dievaluasi dua minggu lagi, Ingat sekarang di Lubuklinggau sudah ada cluster keluarga, cluster rumah.

Tapi kenyataannya isolasi mandiri sering dinodai oleh ketidakterbukaan. Bahwa sebenarnya rumahnya tidak layak melakukan isolasi mandiri,” katanya.

Bagaimana mungkin rumah kapasitas hanya enam orang dengan kamar mandi satu melakukan isolasi mandiri.Inilah yang membuat peningkatan kasus di Kota Lubuklinggau terus melonjak.

“Kasus rumah itulah yang terjadi sekarang, kasus kontak sekarang kasus mendominasi. Apa artinya tidak bergejala, jadi zona merah ini adalah PR besar bagi masyarakat Lubuklinggau.

Sebab masyarakat adalah garda terdepan, saat ini tenaga kesehatan adalah garda terakhir, masyarakat lolos nakes juga lolos,” ungkapnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *