Mendesain tak Hanya Terpaku Unsur Kebendaan, Tetapi Juga dari Alam

Kaloborasi Arsitek dan Desain Interior

PALEMBANG, SuaraSumselNews | PEMPROV Sumatera Selatan melalui Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Sumsel, Ir Basyaruddin Akhmad MSc mengatakan dari sisi detail mendesain itu tidak hanya terpaku kepada unsur kebendaan tetapi juga dari alam dan sebagainya

“Bisa juga mendesain dari unsur pepohonan, hewan dan pewarnaan bisa digunakan misalnya dari macan Sumatera diterjemahkan dalam desain interior, tidak terpaku dengan songket dan lain hal sebagainya,” ungkap Basyaruddin di Ballroom Hotel Aston Palembang. Kamis, (18/8).

Ia menambahkan bahwa hal menariknya songket pun bisa diolah dengan motif kekinian dan tidak harus diprint out sehingga bisa dilihat secara implisit tidak harus eksplisit print out bentuk songket

“Kedepan kita akan berkolaborasi dengan arsitek dan desain interior, para urban desain untuk bagaimana mewarnai kota ini sehingga tetap mempertahankan kearifan lokal,” terangnya

Di tempat yang sama Ketua umum Himpunan Desainer Interior Indonesia, Rohadi menuturkan perlunya Pemerintah Provinsi Sumsel bersama Pemerintah Kota Palembang untuk mengembangkan lagi ornamen tanjak dan songket sebagai identitas Sumsel

“Semua provinsi diminta untuk mengekspos budayanya, kebenaran di Sumsel ada satu dua benda artefak yang bisa dijadikan suatu identitas yang memang harus ada kajian dan kolaborasi antara organisasi dengan lembaga pemerintahan,” ungkap Rohadi

Rohadi menuturkan dalam hal spesifikasi dibidang desain pihaknya dari organisasi tentu menginisiasi dan memberikan saran untuk tidak hanya satu icon saja yang diekspose seperti tanjak dan songket tetapi bisa diekspose yang lainnya juga

“Padahal ini banyak sekali yang lainnya dan tanjak tidak serta merta langsung ditempel saja, yang perlu dikembangkan Pemprov dan Pemkot untuk mengurai satu-satu dari warna, sisi, jenis, ragam, corak, motif dan sebagainya ada makna yang banyak sekali yang bisa diambil termasuk tata letak,” bebernya

Pihaknya menambahkan selain itu perlunya sensitivitas dalam pemerintahan yakni kolaborasi dengan oraganisasi atau peneliti untuk mengkaji secara mendalam tentang tata letak

“Kalau tidak kerjasama dengan organisasi atau peneliti dan sebagainya maka seperti contoh salah satu ornamen yang tidak seharusnya diletakkan di bawah tetapi di bawah ternyata itu menjadi protes budayawan setempat karena memang belum dikaji terlebih dahulu maka tentunya sensitivitas harus dimulai sehingga tidak menjadi polemik budayawan,” tukasnya. (*)
laporan ; winarni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *