MEMBANGUN usaha pupuk yang berkualitas, tak segampang membalik telapak tangan. Sebab, selain membentuk pupuk unggulan, sinkronisasi perusahaan menghadapi zaman, harus diimbangi dengan manajemen yang profesional.
Sebagai pelopor produsen pupuk urea di Indonesia, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri), selalu berusaha menunjang program pemerintah dalam bidang ekonomi dan pembangunan nasional.
Berdiri 24 Desember 1959, PT Pusri terus berinovasi untuk mengembangan produk-produk terbarunya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selama 58 tahun sejak didirikan, banyak tantangan yang dihadapi. Tahun 2017 lalu, merupakan tahun penuh tantangan. Sebab, sejumlah pabrik yang dimiliki PT Pusri sudah terbilang tua, maka bahan baku seperti gas yang digunakan semakin tinggi.
“Belum lagi menghadapi kenaikan harga gas yang berdampak pada harga jual produk komersil menjadi sulit bersaing. Apalagi masuknya sejumlah produk (pupuk) pesaing dari luar negeri yang menawarkan harga pokok lebih rendah dibandingkan harga pupuk nasional. Dampaknya, pada harga jual produk komersil kita sulit bersaing,” ujar Direktur Utama PT Pusri, Mulyono Prawiro.
Namun di tengah permasalahan yang mendera, kata Mulyono, PT Pusri ternyata banyak menoreh keberhasilan. Sepeti di tahun lalu, Pusri merealisasikan proyek strategis dengan memulai pembangunan proyek NPK Fusion II yang kapasitas desain sebesar 2 x 100.000 ton/tahun. “Selain itu juta juga membangun pabrik Pusri IIIB serta proyek-proyek lain sebagai produksi inovasi,” katanya.
Memang, suasana yang penuh tantangan seperti itu selalu memunculkan semangat untuk mengatasi segala kesulitan. Misalnya, baru-baru ini PT Pusri telah melounching produk pupuk kemasan ritel 1, 5, 10 dan 25 kg. Produk itu sebagai inovasi dipasarkan di kios Mantri Tani dan Klinik Tani di beberapa daerah di Indonesia. Selain itu, di tahun lalu, produksi pabrik area amonia dan NPK mengalami peningkatan dari tahun 2016.
Menurut Mulyono, tahun 2016, PT Pusri menghasilkan produk urea sebesar lalu 1.671.160. Tahun 2017 produknya meningkat menjadi 2.215.150. Sedangkan untuk amonia dari 1.221.900 meningkat menjadi 1.531.820. Sementara produksi pupuk NPK sendiri mengalami kenaikan dari 71.810 menjadi 88.997.
”Pabrik pupuk tua tersebut memang boros menggunakan bahan baku sehingga membuat produk Pusri sulit bersaing di pasaran,” tukas Mulyono, saat dibincangi dalam kegiatan pengantongan terakhir, tahun 2017 dan pengantongan pertama pupuk di tahun 2018.
Menurut dia, dari empat pabrik yang beroperasi merupakan pabrik tua dan rata-rata sudah berusia di atas 30 tahun. “Ini menjadi tantangan penglola PT Pusri untuk bersaing dengan industri pupuk lainnya,” ujarnya, tersenyum.
Pupuk Bersubsidi
Sebagai produsen pupuk urea terbesar di Indonesia, PT Pusri sudah menyalurkan pupuk yang dialokasikan pemerintah untuk subsidi kepada petani sekitar 1,3 juta ton. Di tahun 2018 ini, besaran alokasi pupuk subsidi masih tetap seperti di tahun lalu.
Mulyono menjelaskan, dari total pemerintah mengalokasikan pupuk subsidi 9,5 juta ton ke seluruh Indonesia, semuanya dibagi-bagi seperti pupuk urea, NPK, organik, ZA dan ada SP36.
Sedangkan Pusri sendiri mengalokasikan pupuk bersubsidi sekitar 1,3 juta ton yang dikirim ke sejumlah daerah, seperti Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Jambi, BangkaBelitung dan Provinsi Lampung. “Sesuai target pemerintah, apa yang kita alokasikan itu memang tak sesuai harapan petani. Sebab, pupuk yang kita alokasikan itu nilanya sangat terbatas,” katanya.
Selama 58 tahun beroperasi, PT Pusri Palembang sudah mendukung pemerintah dalam program ketahanan pangan. Seperti di tahun 2017, PT Pusri telah merealisasi pembangunan pabrik untuk menunjang hal tersebut. Seperti pembangunan pabrik NPK Fusion II, dengan kapasitas desain sebesar 2×100.000 ton per tahun, dengan target tahun 2019 sudah rampung.
Melalui PKBL
Komimen PT Pusri untuk membantu masyarakat tak sampai di situ saja. Sebab, melalui Departemen Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), PT Pusri Palembang telah mengembangkan usaha kecil serta pemberdayaan masyarakat melalui program kemitraan dan bina lingkungan hingga November 2017, total yang disalurkan sebesar Rp 31.313.265.436
Selain itu, untuk kontribusi masyarakat, PT Pusri Palembang melalui Departemen PKBL telah mengembangkan usaha kecil serta pemberdayaan masyarakat melalui program kemitraan dan bina lingkungan hingga dengan bulan November 2017 realisasi dana disalurkan sebesar Rp 31.313.265.436 dari total RKAP Rp. 260.000.000.000.
“Harapan kami, tahun 2018 ini, PT Pusri Palembang dapat terus membuat inovasi dan melakukan diversifikasi produk, sehingga semua tujuan serta visi dan misi perusahaan dapat tercapai,” katanya.
Dalam bisnis, pengembangan usaha sangat diperlukan untuk menujang pemasaran produk. Hal itu dilakukan untuk menunjang konsumen dalam mendapatkan produk-produk PT Pusri.
Seperti yang dilakukan Pusri dengan mendirikan ‘Pusri Mart” yang tujuannya adalah konsumen atau masyarakat dapat membeli produk pupuk unggulan Pusri dengan harga terangkau dan bisa dibeli secara eceran.
Dengan dibukanya Pusri Mart di Jalan RE Martadinata, Simpang Pusri Palembang, agar masyarakat lebih mudah mencari produk-produk pupuk PT Pusri. Seperti pupuk nutremag, pupuk hayati cair bioripah, decomposer cair sridek, pupuk cair B-fitalik, biopestisida B-verin, urea black humate dan Pusri organic cair serta hydropusri.
“Yang jelas target kita tahun ini harus lebih baik dari tahun sebelumnya. Proyek-proyek pengembangan yang sudah kami canangkan, saat ini sudah berjalan lancar,” jelas Mulyono, kemarin.
Edukasi ke Petani
Guna meningkatkan produksi pertanian, tentunya tidak terlepas dari sistem pemupukan yang benar serta pemberian pupuk yang sesuai kultur tanahnya. Seperti beberapa waktu lalu, PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) telah memberikan edukasi kepada petani kopi di Kabupaten Lahat, di lahan selua dua hektare di Kecamatan Kota Agung dan Kecamatan Gumay Ulu, Kabupaten Lahat.
Upaya itu dilakukan agar lebih memaksimalkan hasil pertanian kopi di wilayah tersebut, dengan teknik pemupukan yang dilakukan dengan benar. Apalagi untuk areal yang lebih luas.
Untuk komposisi 500 kilogram pupuk organik, 300 kilogram NPK, 200 kilogram urea untuk setiap hektare kebun, tujuan pemupukan tersebut untuk meningkatkan daya tahan tanaman dari serangan penyakit. “Gunakanlah metode pemupukan 5 : 3 : 2 untuk mendapatkan hasil yang maksimal,” beber Mulyono Prawiro, beberapa waktu lalu.
Dalam edukasi tersebut Pusri melibatkan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) tentang cara budi daya tanaman kopi. “Mulai dari penyemaian tanaman, pengelolaan tanah, penanaman, pemeliharaan, perawatan serta pemanenan yang baik,” jelas Manajer Hubungan Masyarakat Pusri Hernawan L. Sjamsuddin.
Menurut dia, untuk jenis pupuk mikro nutremag, paling cocok untuk tanah dengan tingkat keasaman tinggi. Sedangkan untuk pupuk hayati bioripah sangat bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan ramah lingkungan. Sedangkan pupuk Pusri organik cair dapat memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan hasil panen.
Penghargaan
Atas upaya yang dilakukan, setiap tahun, PT Pusri selalu mendulang penghargaan. Sejumlah penghargaan yang diraih tingkat nasional, antara lain, Proper hijau untuk penilaian kinerja lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup, Industri Hijau dari Kementerian Perindustrian, Efisiensi Energi Nasional, kategori inovasi khusus dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia Green Award, kategori pelestari keanekaragaman hayati, pelopor pengolahan sampah dan pencegahan polusi serta penghargaan Corporate Secretary and Public Relations Award dari Media Pekerja BUMN.
“Selain itu, kami juga mendapat penghargaan berupa Indonesia Green Award, kategori pelestari keanekaragaman hayati, pelopor pengolahan sampah dan pencegahan polusi. Corporate Secretary and Public Relations Award dari Media Pekerja BUMN,” katanya.
Sedangkan di tahun 2016, PT Pusri juga mengukir prestasi di berbagai bidang di antaranya, Peringkat Proper Hijau Penilaian Kinerja Lingkungan dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Penghargaan Industri Hijau Level 4 dari Kementrian Perindustrian, Penghargaan SNI Award 2016 Kategori Emas dari Badan Standarisasi Nasional, Penghargaan Best Growth Assessment Penilaian Kinerja Unggul (KPKU), aehingga perusahaan aapat naik kelas ke Emerging Industri Leader dan Penghargaan Satu Kategori Platinum dan Lima Kategori Emas Gugus Mutu PT Pusri Palembang pada Temu Karya Mutu dan Produktivitas Nasional 2016.
“Alhamdulillah, selain itu, kami juga memperoleh penghargaan dua kategori emas Pupuk Indonesia Innovation Award, penghargaan Indonesia Green Awards dari La Trofi School of CSR dan penghargaan lomba inovasi riset fertinnovation pupuk Indonesia yang memperoleh lima piala dari tiga kategori,” ujarnya.
Kerjasama
Dari banyaknya penghargaan secara nasional, wajar jika PT Pusri mendapat perhatian masyarakat. Terkait masalah itu, Direktur Utama PT Sentosa Mulia Bahagia, Kms HA Halim memelopori pengusaha pribumi untuk mendukung pengembangan dan peningkatan produktivitas di sektor perkebunan kelapa sawit dan karet. “Kami menggunakan produk-produk PT Pusri Palembang ,” ujar Halim, di auditorium Musi Diklat, beberapa waktu lalu.
Melalui kerjasama dengan PT Sentosa Mulia Bahagia, dapat memberikan win-win solution bagi kedua perusahaan dan dapat membantu meningkatkan hasil produksi tanaman sawit dan karet milik PT Sentosa Mulia Bahagia.
Sebagai penyedia produk pupuk dan produk petrokimia serta kimia lainnya, PT Pusri Palembang selalu melakukan inovasi dan diversifikasi produk agar perusahaannya mampu bertahan di tengah tantangan yang tengah dihadapi sekarang.
Halim juga tak menampik, jika sebagai pengusaha pribumi bersama perkebunan lokal dan masyarakat, telah menggunakan pupuk urea impor. Namun hasilnya tak sesuai harapan. Padahal di Palembang, terdapat industri dan pabrik pupuk urea terbesar.
“Selama ini banyak “mafia” pupuk. Banyak yang menawarkan berbagai macam pupuk, ternyata hasilnya nihil. Namun saya tetap kepada PT Pusri. Dan, kamu perlu menginformasikan ini ke masyarakat jika pupuk PT Pusri lebih bagus dan murah dibanding pupuk impor,” ujarnya.
(Muhammad Asri)