PALEMBANG, SuaraSumselNews | DUTA literasi Provinsi Sumsel Ratu Tenny Leriva Herman Deru menghadiri launching sekolah penggerak, pemilihan duta literasi sekolah, dan rintisan ekstrakulikuler Tahfidz Quran SMA Negeri 18 Palembang, Kamis (15/9).
Ratu Tenny Leriva Herman Deru mengatakan, hari ini dia baru melantik duta literasi SMA Negeri 18 Palembang. Harapannya tentu sebagai duta literasi semoga teman-teman tidak hanya berjuang dalam memperebutkan selempangnya saja sebagai duta literasi juga ditunggu inovasi dan program literasi yang akan mereka canangkan untuk membangkitkan indeks literasi di sekolahnya dan juga ini akan menunjang indeks literasi di Sumsel kedepannya.
“Kepada yang sudah dilantik agar senantiasa semangat untuk bergerak. Tentunya ikhlas dalam berupaya memajukan literasi di Sumsel Dan harapannya bapak kepala sekolah dan jajaran bisa mendukung mereka dalam melangkah,” ujarnya.
Lebih lanjut Ratu menuturkan, untuk pojok baca di SMA Negeri 18 baru dibangun perpustakaannya. Dan akan ada pembangunan untuk perpustakaan digital jadi ditunggu perpustakaan yang baru.
“Pesan untuk teman-teman agar selalu ikhlas dan semangat. Kita sama-sama memajukan indeks literasi masyarakat Sumatera Selatan. Kita selalu bergandengan tangan berupaya untuk mencapai tujuan kita,” ucapnya.
Ratu menjelaskan, untuk menjadi duta literasi yang terpenting adalah niatnya dulu. Jadi ingin meraih prestasi literasi kalau tidak ada niat maka tidak akan berjalan. “Kita harus melihat mereka ingin menjadi duta literasi karena ingin berkontribusi pada masyarakat itu yang harus dinilai. Bukan dari penampilan, bukan hanya nilainya saja atau nilai sekolahnya. Tapi niat mereka dalam memajukan literasi di Sumsel dan dimulai dari sekolahnya dulu,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan Ibu Fitriana S.Sos.,M.Si menuturkan, di SMA Negeri 18 pada hari ini merupakan suatu terobosan yang sangat luar biasa sekali dan ini bisa menjadi contoh bagi SMA negeri dan swasta yang ada di Sumatera Selatan.Tadi di hadir oleh kepala sekolah di lingkungan Provinsi Sumatera Selatan khususnya di kota Palembang yang dari kabupaten kota dan di menyaksikan melalui zoom.
“Alhamdulillah ini menjadi inovasi terobosan bagi kepala sekolah SMA negeri yang lainnya.Kita dari dinas perpustakaan adalah sebagai pembinaan dan mengarahkan agar perpustakaan di sekolah ini mengacu kepada standar nasional perpustakaan.
Untuk standar perpustakaan nasional meliputi 6 syarat yakni standar koleksi, standar pelayanan, standar sarana dan prasarana, standar tenaga pengelolaannya dan pengelolaannya dan penyelenggaraan perpustakaannya.
“Untuk sekolah rata-rata belum terpenuhi standar nasional perpustakaan. Karena terkendala koleksi, sarana prasarana dan tenaga pengelolaannya kemudian dan penyelenggaranya jadi belum mengacu 100% ke standar nasional,” katanya.
Fitriana mrnuturkan, untuk koleksi buku di sekolah di Sumsel rata-rata baru 3.000 jenis. Untuk di Sumsel itu sudah mendapat akreditasi A yakni SMA Sumsel, SMA IGM dan SMA Prabumulih.
“Jadi di Sumsel baru 3 SMA yang mendapatkan akreditasi A dan koleksinya mencapai 10.000 buku,” ucapnya.
Fitriana menghimbau kepada kepala sekolah agar bisa mengalokasikan anggaran dari dana bosnya 5% untuk pengembangan perpustakaan. Sehingga mulai dari penambahan koleksi tidak hanya buku paket saja yang disediakan tapi juga buku yang sifatnya pengetahuan umum pengayaan.
“Jadi 70 persen pengetahuan umum dan 30 persen fiksi juga harus disediakan.
Di SMA Negeri 18 saat ini sudah ada 3000 judul buku. Kalau berdasarkan standar itu sudah masuk ke penilaian akreditasi C plus,” bebernya.
Kepala SMA Negeri 18 Palembang Heru Supeno, S.Pd., M. Si mengatakan, kegiatan hari ini merupakan implementasi kurikulum merdeka program sekolah penggerak.
Di dalam sekolah penggerak itu ada empat program yang harus dijalankan yaitu penguatan SDM jadi untuk menjadi sekolah penggerak kepala sekolahnya harus bermutu makanya kepala sekolah penggerak itu dites oleh kementerian lulus baru ditetapkan sebagai sekolah penggerak ada lagi program guru penggerak itu juga dites ada pengawas penggerak.
Kemudian, kedua pembelajaran paradigma baru. Maksudnya adalah guru mengajar berpihak pada siswa mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa dan mengajar sesuai perkembangan siswa itu yang disebut dengan paradigma baru.
“Mengajak siswa untuk mengikuti pelajaran yang siswa tidak bisa jadi harus sesuai dengan perkembangannya,” ucapnya.
Ketiga, sambung Heru, adalah digitalisasi sekolah. “Kita harus mengacu pada pembelajaran abad 21, dan platform sekolah harus memiliki minimal setidaknya satu ruang kelas digital untuk pembelajaran guru dan siswa.
Memiliki itu memang cukup lumayan biayanya. Tetapi apabila kita laksanakan secara bergotong-royong dengan basis siswa dan dari pemerintah kita gunakan semaksimal mungkin sumber-sumber dana yang ada maka kita bisa membuat kelas digital,” tuturnya.
“Yang keempat adalah perencanaan berbasis data. Maksudnya sekolah membuat perencanaan sesuai kebutuhan sekolah. Jangan asal buat saja dan membeli buku itu buku apa digunakan atau tidak kemudian saat membangun itu apa yang kurang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.
Kemudian keunggulan sekolah ini apa itu perencanaan berbasis data,” katanya.
Lebih lanjut Heru menjelaskan, pihaknya bukan menjalankan program ini saja. Karena di SMA 18 juga menjalankan program lain yaitu pembelajaran abad 21 harus diterapkan kepada siswa pembelajaran abad 21 itu yaitu penguatan karakter.
“Kita hidup di era abad 21 jadi harus memiliki karakter yang dibutuhkan di abad 21 ini karakter yang dibutuhkan adalaha, satu karakter moral siapa yang mau menerima pegawai kalau tidak ada moral moral. Moral itu nilai-nilai keagamaan harus tahu harus tahu baik buruk nilai-nilai agama sopan santun itu dibutuhkan. Kemudian yang kedua karakter kinerja.
“Harapan kita untuk mencapai pendidikan yang diharapkan oleh kementerian yaitu pendidikan yang adil bermutu dengan penanaman nilai Pancasila itu targetnya itu golnya itu adalah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,” bebernya.
Heru mengungkapkan, untuk jumlah koleksi buku itu akan bertambah terus. “Dari 3000 itu, saya di sini kan baru 2 tahun, kita terus membangun. Dan bertahap akan menambah koleksi buku. Dan kita akan membuat perpustakaan digital,” pungkasnya. (*)
laporan : winarni