Mengulik Penyajian Berita di Sektor Migas

Pentingnya Jurnalisme Data
Dalam Pemberitaan Sektor Migas

 

LAMPUNG, SuaraSumselNews | Menyajikan pemberitaan soal migas dengan cara menarik perhatian banyak orang tentu tidak mudah, apalagi seorang penulis atau jurnalis harus mampu mendudukan masalah secara tepat dengan bahasa yang sederhana. Ditambah pemberitaan sektor ini memiliki banyak terminology teknis yang bagi kaum awam tidak mudah dipahami.

Dan ini menjadi tantangan untuk jurnalis, Di sinilah berlaku prinsip parsimony yakni menyajikan pemberitaan semakin sederhana semakin baik. Paradoksnya, kemampuan untuk mengungkapkan sesuatu secara sederhana justru mensyaratkan pengetahuan yang luas tentang subjek bersangkutan.

Mengulik pentingnya liputan tentang Migas, baik dalam penyajian, istilah-istilah migas ataupun soal angka harus benar-benar di kuasi seorang penulis, apalagi sektor ini menempati posisi strategis dalam mata rantai kegiatan perekonomian nasional, ditambah Migas memiliki kontribusi besar pada pendapatan negara.

Ada dua elemen penting dalam kerja pelaporan berita, bersikap independent terhadap kepentingan apapun. Selain itu seorang jurnalis di tuntut memiliki pengetahuan yang cukup tentang objek yang diliput, sehingga mampu memilih mana yang penting untuk publik. Namun hingga saat ini, profesi ini terus berjuang untuk meningkatkan kompetensi, khususnya berkaitan dengan angka, data, dan riset, hal ini di sampaikan Kepala Bagian Riset dan Data The Jakarta Post, Fransiscus Surdiasis, saat sharing sesion bersama 73 jurnalis saat menghadiri Media Ghatering serta Pengumuman Media Kompetisi oleh Satuan Kerja Khusus Minyak Gas (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Wilayah Sumbagsel bersama Forum Jurnalis Migas (FJM) di Swiss-Belhotel Lampung, Kamis (17/10) malam.

Dia menilai ada dua arah perbaikan yang bisa ditempuh, yakni apakah pemberitaan yang disajikan sesuai kode etik dan kedua, sejauh mana kemampuan berita mendudukan persoalan dengan baik.

“Arah perbaikan yang pertama bisa dilakukan media dan jurnalis bisa bersikap independen supaya jurnalis mampu menjalankan tugasnya untuk melayani kepentingan publik secara baik,” jelasnya.

Ia menambahkan, sikap independen dimana ini bermuara dan menjadi tanggung jawab utama seorang jurnalis mewujudkan kebenaran.

“Selain itu, seorang wartawan juga harus mengutamakan prinsip kebenaran dan verifikasi agar produk pemberitaan lebih bermutu,” ungkapnya.

dari kiri, Firdaus Komar, Fransiscus Surdiasis, Andi Ari Pangeran, dan Oktap Riyadi

Menurutnya, sektor Migas memiliki terminologi teknis dimana bagi kaum awam tidak mudah untuk di pahami. Jadi kita menulusuri sektor ini dari hulu sampai hilir maka kita akan menemukan banyak istilah.

“Notabane menuntut kecakapan tersendiri untuk mampu menjelaskannya secara sederhana kepada pembaca atau pemirsa,” bebernya.

“Ekonomi saja tidak menjadi minat banyak orang ditambah lagi sub-sub didalamnya termasuk sektor migas, karena itu sulit sekali menempatkan berita mengenai sektor migas dihalaman depan,” ujar Fransiscus.

Terlebih menurutnya, sektor Migas juga memiliki terminologi teknis dimana bagi kaum awam tidak mudah untuk di pahami.

“Jadi kita menulusuri sektor ini dari hulu sampai hilir maka kita akan menemukan banyak istilah yang notabane menuntut kecakapan tersendiri untuk mampu menjelaskannya secara sederhana kepada pembaca,” ungkapnya.

Oleh karena itu menurutnya, jurnalis di sektor migas dituntut untuk dapat menjelaskan secara sederhana sebuah persoalan dan membuat pemberitaan yang menarik kepada masyarakat. Selain itu, teman-teman yang berada di sektor migas dituntut untuk mampu mendudukan persoalan secara baik.

Frans mengungkapkan, ada Dua Pilar yang harus dijadikan pegangan jurnalis, yakni Mindset ditambah Keterampilan Teknis dan ini yang dinamakan Jurnalisme Data.

Keluar dari Kritikan Lama

Seperti Meyer (1991) memberi sejumlah kritikan tentang media yang sering kali tidak mampu membedakan mana yang penting dan tidak. Selain itu bergantung pada siaran pers, seringkali termanipulasi oleh politisi atau kelompok kepentingan, dan kadang tidak mampu mengkomunikasikan apa yang diketahui secara efektif.

“Bybee (1999) menyimpulkan Media mengalami krisis irelevansi, yang ditandai oleh, menurunnya jumlah pembaca atau penonton, menurunnya kepercayaan terhadap media, menurunnya cita rasa untuk hal-hal yang serius di kalangan media,” bebernya.

Frans menambahkan, The School of Journalism, Universitas Indiana, Amerika Serikat yang menyurvei 1.080 jurnalis Amerika Serikat pada 2013: sebagian besar (59,7%) jurnalis  menganggap jurnalisme tengah melangkah di jalur yang keliru. (“The American Journalist in the Digital Age”, dalam   http://larswillnat.files.wordpress.com/2014/05/2013-american-journalist-key-findings.pdf

“Survei Pew Research Center’s Journalism Project (The State of News Media 2013) yakni sekitar 31 persen orang dewasa di Amerika Serikat meninggalkan surat kabar cetak karena kualitas pemberitaan media ini semakin buruk.  Sekitar 61% menilai pemberitaan media massa cetak makin kurang bermutu,” urainya.

Ie menjelaskan, rekomendasi untuk masa depan bisnis media sangat tergantung pada kemampuan dalam menyediakan informasi dan berita berkualitas tinggi.

Memenuhi Konsumsi Bahan Bakar

Dikesempatan yang sama, Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagsel, Adiyanto Agus Handoyo, diwakili Kepala Departemen Humas Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas) Sumbagsel, Andi Ari Pangeran mengungkapkan tugas SKK Migas mencari migas, dan disaat migas diangkat ke permukaan, dan diserahkan ke penjual, nanti dari penjual ini akan menurunkan dalam berbagai turunan jenis produk migas.

“Karena sekarang ini produk migas dari pilot gas company dan kontraktor kontrak kerja sama, hampir seluruh di salurkan ke Pertamina untuk memenuhi konsumsi bahan bakar,” jelasnya.

Menurutnya SKK Migas dan BPH Migas mengimbangi peran hulu dan hilir.

“Hilir itu yang mengatur distribusi migas dan turunan-turunan migas,” jelasnya.

Selain itu Andi menambahkan, bagi peserta Media Ghatering di persilahkan untuk menghubungi dirinya terkait etik tentang migas dan informasi data bisa di ajukan ke SKK Migas.

Terkait dengan Media Kompetisi ada beberapa media yang telah mengirimkan karya tulis, baik cetak, elektronik, online dan radio.

“Ada 29 terdiri dari, media cetak 5, radio 2, TV 1 dan online 21 yang masuk sampai tanggal 12 Oktober lalu,” jelasnya.

Hadir dalam kesempatan tersebut dari PT Pertamina EP Asset 2, Atika, Medco Indonesia dari Jakarta, Sari, Serelaya, Irfan, Medco Indonesia, Dito, Tiara Bumi, Andi dan dari Serilaya Belida, Dani. (as)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *