Medco E&P Sulap Jamur Jadi Penghasilan Masyarakat

Berawal dari Kunjungan Medco E&P

Hasilkan 12 Juta Selama 40 Hari

 

Berawal tahun 2017 dalam kunjungan TIM Medco E&P ke lokasi Budidaya Jamur yang sudah dibudidayakan oleh Widi Parasito di Desa Teluk, berunjung menjadi minat bagi Tim CSR Medco E&P tertarik untuk mengembangkan budidaya Jamur untuk bisa membantu perekonomian masyarakat.

Semenjak kunjungan tersebut dari pihak perusahaan tertarik untuk terus mengembangkan budidaya jamur ini, dan dibentuklah kelompok sebanyak 15 orang dan di siapkan satu kumbung untuk pembudidayaan Jamur Merang.

 

SUARASUMSELNEWS.CO.ID | Ternyata pengembangan budidaya jamur ini berhasil, akhirnya yang tadinya hanya ada satu kelompok pembudidaya jamur, namun karena permintaan mereka akhirnya kumbung tempat budidaya jamur di tambah lagi.

“Alhamdulliah yang tadinya satu kumbung dibantu lagi empat kumbung termasuk tempat perendaman dan rumah mini lab, otomatis produk jadi meningkat,” jelas Hendri Payana, Teknisi CSR Medco E&P Indonesia Kaji-Rimau Asset.

Lokasi budidaya jamur di Simpang Kerang Dusun 5 Desa Lais Kecamatan Lais Kabupaten Musi Banyuasin telah di menghasilkan untuk satu kumbung sekitar 200 sampai 250 kg jamur dengan harga perkilo 27 ribu perkilo.

“Untuk satu kumbung penghasilan bisa diperoleh mencapai 7 juta per 40 hari,” bebernya.

Dengan berkembangnya budidaya jamur ini semakin jadi primadona bagi masyarakat Simpang Kerang Dusun 5 Desa Lais, Kecamatan Lais, apalagi di saat harga karet turun dan di masa Pandemi ini menjadi harapan baru bagi warga.

Proses Pengembangan Jamur Merang

Untuk membuddidayakan jamur dengan menggunakan bahan baku Tandan kosong atau biasa disebut Tankos Sawit sebagai media utama dalam pengembangan budidya jamur ini. Proses awalnya yakni bahan yang diperlukan satu truk tankos bisa untuk satu kumbung, dan dibutuhkan mencapai 4 ton tankos untuk pengembangan budidaya jamur.

“Untuk ukuran satu truk tankos diproses dengan cara di rendam di dalam bak perendaman selama 5 hari 5 malam, lalu di permentasi menggunakan pupuk organik Dolomite dan dedak, untuk takarannya 1 truk tankos 50 kilo dedak, 25 kilo Dolomite, 2 botol E4 kemudian 1 liter MOL (Mikro Organisme Lokal) yang dikembangkan sendiri,” jelas Hendri.

Selanjutnya, dipermentasi lagi selama 10 hari dan setiap 5 hari sekali di lakukan pembalikan. Setelah 10 hari, perendaman 5 hari, permentasi 10 hari lalu di masukkan di dalam kumbung tempat budidaya jamur.

Proses perendaman

“Disusun rapi di rak-rak dalam kumbung, kemudian dilakukan penguapan untuk menetral media yang sudah masuk di dalam kumbung, netralisasi ini adalah pemanasan kumbung dengan cara uap panas yang dihasilkan dari pemanasan air di dalam drum dan bisa memanaskan di dalam kumbung, jadi proses netralisasi ini cukup lama bisa memakan waktu 8 jam lamanya,” ungkapnya.

Setelah proses Pasteurisasi/penguapan selesai, dengan suhu sampai 70 derajat Celsius, kemudian didiamkan dulu lebih kurang 3 sampai 4 jam. Setelah suhu agak stabil di dalam kumbung baru dilakukan tebar bibit.

“Setelah tebar bibit, biasanya 15 sampai 20 hari baru bisa panen pertama, jadi masa produksi panen sekitar dua minggu, jadi setiap hari kita panen terus,” jelasnya.

Untuk panen sendiri ada fase-fasenya, yakni fase pertama, dua dan tiga.

“Fase pertama biasanya setelah 4 sampai 5 hari, jadi nutrisi media tankos mulai berkurang, jadi kita kasih nutrisi lagi dan siram lagi, baru masuk ke fase kedua, sampailah ke fase ketiga,” bebenya.

Setelah masa panen sekitar dua minggu, jadi setelah jamur habis di panen, prosesnya kembali lagi ke proses awal lagi.

Dengan adanya budidaya Jamur Merang bisa meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah kerja Medco E&P.

Dengan program pengembangan masyarakat dengan jamur Merang di masa Pandemi ini bisa menigkatkan penghasilan warga.

“Melalui program ini adalah salah satu contoh inovasi usaha yang ada di sekitar perusahaan yang benar-benar bisa kita manfaatkan dengan sumber daya alam dan bisa menyerap tenaga kerja, mampu meningkatkan ekonomi masyarakat, dan menjadi inspirasi, bahwa tidak hanya harus jamur masih banyak potensi lain, salah satunya melalui program ini Alhamdullillah pihak perusahaan berhasil, mungkin nanti ada program lain,” harapnya.

Hasilakan 12 Juta Selama 40 Hari

Budidaya Jamur Merang, di Spora Dusun 5 Desa Lais, Kecamatan Lais Kabupaten Muba, yang di komandoi Irzan sebagai Ketua Bumerang mengungkapkan, dengan adanya budidaya Jamur Merang ini sangat membantu perekonomian masyarakat.

Irzan yang keseharian sebagai petani Karet tentunya tidak mudah menghidupi keluarga dengan hanya mengandalkan hasil dari usaha jual getah karet saja apalagi harga karet pernah anjlok, di tambah di tengah wabah pandemi Covid-19.

Dengan kelompok yang berjumlah 13 orang yang di bentuk Medco E&P, Irzan dan kelompoknya rutin melakukan pengembangan dan pembudidayaan Jamur Merang.

“Ada tujuh kumbung yang dikelola, dan 7 kumbung itu di putar hanya dua kumbung dulu yang di kelola,” jelasnya.

Untuk satu kumbung dengan modal sekitar 1,5 juta untuk produksinya.

“Jadi untuk 2 kumbung kurang lebih 3 juta rupiah untuk modal pembelian bahan baku seperti tankos sawit dan bahan lainnya,” bebernya.

Untuk satu kumbung bisa menghasilkan 200 sampai 250 kg jamur merang. “Jadi dapatlah 500 kg untuk 2 kumbung,” tuturnya.

Jadi untuk 2 kumbung dalam jangka waktu 40 hari masa panen bisa menghasilkan 500 kg Jamur.

“Untuk penghasilan bisa mencapai 12 juta rupiah untuk dua kumbung, selama 40 hari masa panennya,” urainya.

Dengan adanya budidaya jamur ini menjadi tambahan bagi dirinya dan kelompoknya.

“Sebagai petani karet juga kami menyambung dan mencari tambahan lagi dengan budidaya jamur. Kami sangat beruntung sekali dengan tambahan itu,” ucapnya.

Tidak Terpengaruh Covid-19

Menurutnya di masa Pandemi Covid-19 tidak berpengaruh terhadap bisnis budiaya jamur.

“Rasanya Covid-19 ini tidak berpengaruh bagi kami,” ungkapnya.

Kumbung pembudidayaan Jamur Merang.

Untuk proses setelah panen Jamur Merang pihaknya langsung mengirim jamur yang sudah di panen melalui mobil bis langganan untuk di kirim ke Sekayu.

“Setiap hari kita kirim jamur melalui bis langganan ke full di Sekayu,” jelasnya.

Dengan adanya budiaya jamur ini, Irzan berharap kepada Medco E&P bisa mengembangkan lagi usaha jamur ini menjadi bahan olahan yang bisa menambah penghasilan bagi masyarakat di desanya.

“Harapan kami kepada PT Medco E&P terus membina kami, apapun kendala dan kekurangan kami minta tolong diperhatikan, dan kami harap bukan hanya untuk pengelolaan jamur bahan mentah saja, kami kepinginnya jamur ini menjadi bahan olahan yang siap saji, jadi dari Jamur ini bisa menghasilkan yang lebih lagi,” pungkasnya.

Penulis : M Asri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *