Berpenyakit Kulit Kronis dan Tak Berdaya

PALEMBANG, SuaraSumselNews | BEGITU prihatin nasib buruk yang dialami Maslan (60). Sejak menderita penyakit kulit kronis empat tahun lalu, Maslan diusir keluarganya dari rumah.

Ah, alangkah sedihnya menatap kehidupan laki-laki berusia “kepala enam” ini. Ia tersuruk ke lembah penderitaan panjang di sudut ruang berdinding pagar seng.

Setelah penyakit kulit kronisnya semakin parah, saat ini ia tinggal sendirian di tengah persawahan di RT 16 Kelurahan Plaju Darat.

Jika diperhatikan, penyakitnya begitu parah. Permukaan kulitnya seperti terbakar berwarna kemerahan. “Ah rasanya pedih sekali, pak. Dibarengi rasa gatal, saya rasanya kepingin mati saja Pak,” ujar Maslan dengan wajah sedih, Selasa (10/1/2023).

Saat ini Maslan hanya terduduk tak berdaya. Dengan penyakit kulit kronis di tubuhnya, membuat dirinya sangat lemah. “Tolong saya Pak,” ujar Maslan dengan suara memelas.

Saat ini, penyakit itu telah menyerang hampir ke seluruh tubuhnya. Jika diperhatikan, ada 89 persen kulitnya yang memerah dan berair kental.

Dari kondisinya yang memprihatinkan itu, Maslan butuh pertolongan dan perhatian pemerintah. Saat ini ia memang sudah tak berdaya didera penderitaan hebat akibat penyakit itu.

Sementara untuk makan sehari-harinya, Maslan hanya membutuhkan bekas kasih dari tetangga di lingkungannya.

Saat menuturkan kisah hidupnya kepada media ini, Maslan menuturkan bahwa sejak mengidap penyakit itu, ia diusir kelurganya. “Saat ini istriku sudah menikah dengan lelaki lain,” jelas Maslan, sembari menitikkan air mata.

Bahkan anak istri yang pernah ia dicintai hingga saat ini pun, belum pernah sekali pun melihat keadaannya. O, alangkah sedihnya hidup Pak Maslan.

Ketika disambangi di rumahnya, Ketua RT 16 Ismail, mengatakan bahwa dulu, Maslan pernah ditangani Dinas Kesehatan Kota Pelembang melalui pemerintah setempat.

Maslan dirawat di Rumah Sakit BARI selama seminggu. Saat itu kondisinya berangsur pulih. “Bahkan kalau ada yang membantu, Pak Maslan juga bersedia tinggal di panti asuhan,” ujar Ismail.

Namun karena kendala kelengkapan administrasi, ia tak jadi dititipkan di panti asuhan. Apalagi ketika pihak keluarganya dihubungi, mereka beralasan sibuk untuk mengurus persyaratan yang diperlukan. “Akibatnya, kondisi penyakit Pak Maslan semakin parah,” jelas Ismail.

Kondisi tempat tinggalnya sangat menyedihkan. Dengan berdinding pagar seng berukuran 2X3 meter dengan lantai tanah, keadaannya sangat memprihatinkan. Bahkan kalau malam hari, kondisi tempat tinggalnya tak dilengkapi penerangan yang memadai. “Ah, kasihan sekali,” ujar Ismail.

Dalam keadaan yang sangat menyedihkan itu, Pak Maslan membutuhkan bantuan masyarakat yang iba kepadanya. “Pak Mislan meminta agar ia dititipkan ke panti asuhan saja,” tukas Ismail menutup perbincangan. (*)

Dilaporkan kembali oleh Anto Narasoma