PRABUMULIH, SuaraSumselNews | Besarnya produksi buah nanas mengakibatkan juga besarnya limbah dari buah nanas yaitu daun nanas yang terbuang dan tidak termanfaatkan. Bagaimana cara mengatasi dan memanfaatkan limbah daun nanas tersebut sehingga bisa memberi nilai tambah? Yang dikenal selama ini, limbah daun nanas ini diolah menjadi serat melalui proses ekstraksi. Serat-serat ini dimanfaatkan sebagai bahan utama produk fashion, apparel, dan komponen otomotif di Indonesia.
Menurut P Hidayat dalam “Teknologi Pemanfaatan Serat Daun Nanas sebagai Alternatif Bahan Baku Tekstil” (2008), serat daun nanas (pineapple-leaf fibre) adalah salah satu jenis serat yang berasal dari tumbuhan (vegetable fibre) yang diperoleh dari daun tanaman nanas.
Tanaman nanas yang juga mempunyai nama lain, yaitu Ananas cosmosus, (termasuk dalam family Bromeliaceae), pada umumnya termasuk jenis tanaman semusim. Serat daun nanas menjadi salah satu alternatif serat tumbuhan yang dapat dimanfaatkan menjadi benang untuk tenun karena serat daun nanas memiliki ketebalan antara 0,18 – 0,27 cm.
Besarnya produksi buah nanas mengakibatkan juga besarnya limbah dari buah nanas yaitu daun nanas, sehingga pemanfaatan daun nanas menjadi benang kain ini dapat membantu mengurangi limbah dari buah nanas. Selain buahnya, daun nanas memiliki serat yang kuat dan terindah yang dihasilkan oleh alam nabati.
Menurut Samsul Hidayat dalam “Eksperimen Pengolahan Serat Nanas Dan Katun Sebagai Elemen Hias” (2005), secara garis besar bahan baku serat dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu: serat alam (natural fiber), serat ini didapatkan dari tumbuhan, binatang (protein), dan pertambangan. Serat buatan (man- made fiber), serat yang terjadi karena usaha manusia untuk melakukan pembentukan.
Indonesia merupakan suatu negeri yang kaya akan sumber-sumber alam seperti tumbuhan, binatang, maupun hasil pertambangan, ketiga bahan tersebut jika diolah akan dapat menjadi bahan baku tekstil.
Serat alam yang berasal dari tumbuhan masih dapat dibagi lagi yaitu: serat biji, serat buah, serat batang, dan serat daun. “Serat nanas termasuk dalam serat daun, serat ini pada jaman dulu sudah dipergunakan untuk membuat tali dadung,” tulis Samsul Hidayat.
Seiring dengan perkembangan tekstil serat nanas sudah mulai digunakan sebagai bahan baku kain tekstil. Akan tetapi proses pembuatannya memakan waktu lama sehingga manjadikan kainnya mahal. Dalam proses pembuatan kain serat nanas hanya digunakan sebagai pakan saja karena memiliki panjang terbatas dan terlalu keras. Hal itu menimbulkan pemikiran untuk menggunakan bahan lain yaitu benang katun yang bisa dijadikan sebagai lusi atau lungsi ada juga menyebut lungsin.
Menurut Tuti Head Of Comrel & CID Zona 4, “Kelompok Tenun Serat Nanas Riady telah kami dampingi dan akan diproyeksikan sebagai kelompok percontohan tenun serat nanas di Prabumulih mengingat nanas adalah ikon kota ini.”
Selain memanfaatkan limbah serat nanas yang memberi nilai ekonomis, menurut Tuti, program Raden Mas Prabu juga mendorong penurunan emisi karbon dioksida (CO2) akibat dari pembakaran daun nanas pasca panen. “Selama ini kan limbah daun nanas setelah panen tidak termanfaatkan dimusnahkan dengan cara dibakar,” ujarnya.
Dengan adanya bantuan dan pembinaan dari Pertamina, Rita Ketua Kelompok Tenun Serat Nanas Riady berharap bantuan dan pendampingan Pertamina tersebut usaha yang dirintisnya bersama anggota kelompoknya bisa berkembang dan meningkatkan hasil produksi sehingga memberikan kesempatan memperluas pemberdayaan bagi masyarakat sekitar yang berkelanjutan.
Pemberdayaan oleh Pertamina dalam memanfaatkan daun nanas menjadi serat nanas sebagai bahan pembuat kain tenun mendapat dukungan dari SKK Migas Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel). Menurut Safe’i Syafri Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Sumbagsel, adanya kegiatan hulu migas di daerah memang harus memberikan efek sebesar-besar dan sebanyak-banyaknya bagi masyarakat.
“Keberadaan industri hulu migas tidak hanya menyumbang PAD melalui dana bagi hasil migas namun hulu migas senantiasa diberikan tanggung jawab untuk peduli kepada pengembangan masyarakat di sekitar wilayah operasional perusahaan. Sehingga melalui program pengembangan ini kami berharap masyarakat dapat merasakan langsung bagaimana multiplier effect kegiatan hulu migas ini,” ujarnya.
Sinergi antara industri hulu migas melalui pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan limbah daun nanas berpotensi menghasilkan bahan baku tekstil karena, dapat dijadikan benang melalui proses pemintalan. Serat nanas juga memiliki bentuk serat berupa filament, tanpa dipintal terlebih dahulu serat tanaman tersebut dapat digunakan sebagai langsung benang karena bentuknya yang sudah halus seperti benang.
Tanpa mencampur serat tersebut dengan material lain, serat tanaman nanas dapat digunakan langsung sebagai bahan baku tekstil sebagai benang pakan untuk tenun. Silahkan berkreasi dengan serat nanas untuk mendapatkan nilai tambah sekaligus menyelamatkan lingkungan dengan penurunan emisi karbon dioksida (CO2) akibat dari pembakaran daun nanas pasca panen. (ril)