PALEMBANG, SuaraSumselNews | BAHASA daerah Sumatera Selatan cukup beragam dan menjadi keunikan tersendiri. Salah satunya seakan memiliki peran sebagai bahasa ibu atau pemersatu karena dapat dituturkan di seluruh wilayah Sumsel.
Bahasa daerah Sumatera Selatan masing – masing memiliki dialek yang sangat berbeda satu sama lain. Namun semua penutur bahasa tersebut dapat hidup berdampingan terutama di Kota Palembang yang menjadi rumah bagi perantau dari berbagai daerah di Sumatera Selatan (Sumsel).
Sumatera Selatan (Sumsel) dikenal dengan sebutan Bumi Sriwijaya, karena belasan abad yang lalu menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya. Banyak ditemukan prasasti yang menjadi bukti keberadaan Kerajaan Maritim terbesar saat itu.
Sejak berabad yang lalu juga Bumi Sriwijaya disinggahi banyak pendatang dari berbagai daerah, sehingga mempengaruhi seni dan budaya termasuk bahasa daerah.
Mengutip laman resmi Kemendibud, berikut bahasa daerah Sumatera Selatan yang terus bertahan:
Bahasa daerah Sumatera Selatan pertama yakni Bahasa Komering. Bahasa Komering dituturkan di wilayah komering seperti di Desa Negeri Batin, Desa Sriwangi, Kecamatan Semendawai Suku III Kabupaten OKU Timur. Kemudian Kabupaten Ogan Komering Ulu, dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan.
Bahasa Komering terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Pulau Negara dan dialek Aji. Dialek Pulau Negara dituturkan oleh masyarakat di antaranya yang berada di Desa Sriwangi, Kecamatan Semendawai Suku III. Kemudian dialek Aji dituturkan di Desa Negeri Batin, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kedua dialek tersebut berkisar 51 persen hingga 80 persen. Isolek Komering merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81 — 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa Pedamaran, Ogan, Melayu, Lematang, dan Kayu Agung.
Bahasa Ogan
Bahasa daerah Sumatera Selatan berikutnya yakni Bahasa Ogan yang dituturkan di sejumlah desa di Kabupaten OKU, Kabupaten Muaraenim, Kabupaten Musi Banyuasin, Kota Lubuk Linggau, Kabupaten Musi Rawas Utara, dan Kabupaten Ogan Ilir.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ogan merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81 — 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa Komering, Lematang, Pedamaran, Melayu, dan Kayu Agung.
Bahasan Lematang
Bahasa Lematang merupakan bahasa daerah Sumatera Selatan yang dituturkan di beberapa wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), sejumlah desa di Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Kabupaten Muaraenim, Kabupaten Banyuasin, dan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan.
Bahasa Lematang cukup beragam karena memiliki lima dialek, yakni dialek Pegagan, dialek Lematang Lahat, dialek Lematang Ujan Mas Lama, dialek Rambutan, dan dialek Rambang.
Dialek Pegagan dituturkan di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, dan Kabupaten Lahat. Dialek Lematang Lahat dituturkan oleh penduduk di sejumlah desa di Kabupaten Muaraenim.
Dialek Lematang Ujan Mas Lama dituturkan oleh penduduk Desa Ujan Mas Lama, Kabupaten Muara Enim. Dialek Rambutan dituturkan oleh penduduk Desa Rambutan, Kabupaten Banyuasin. Dialek Rambang dituturkan oleh penduduk Desa Tanjung Raman, Desa Pagar Gunung, Desa Sugihan, Desa Jemenang, Kabupaten Muara Enim.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kelima dialek tersebut berkisar 51 hingga 80 persen. Isolek Lematang merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81 hingga 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa Kayu Agung, Ogan, Pademaran, Komering, dan Melayu.
Bahasa daerah Sumatera Selatan berikutnya adalah Bahasa Melayu yang menjadi bahasan pemersatu. Bahasa Melayu jauh lebih beragam dari Bahasan Lematang, karena memiliki sembilan dialek. Yaitu, dialek Palembang Sukabangun, dialek Kisam, dialek Muara Saling yang dituturkan di Kecamatan Saling, Kabupaten Empat Lawang.
Selanjutnya dialek Selangit yang dituturkan di Kelurahan Selangit, Kecamatan Selangit, Kabupaten Musi Rawas. Dialek Rupit yang dituturkan di Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), dialek Bentayanyang dituturkan di Desa Bentayan, Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Banyuasin, dan dialek Palembang 16 Ulu yang dituturkan di Kelurahan 16 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II Kota Palembang.
Kemudian dialek Padang Binduyang dituturkan di Desa Padang Bindu, dan dialek Talang Ubi yang dituturkan di Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kesembilan dialek tersebut berkisar 51 hingga 80 persen. Isolek Melayu merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81 hingga 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa bahasa Kayu Agung, Ogan, Pademaran, Komering, dan Lematang.
Bahasa Pedamaran
Bahasa Pedamaran dituturkan di Desa Pedamaran 5, Kecamatan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatra Selatan. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Pedamaran merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81 — 100 persen jika dibandingkan dengan bahasa Komering, Lematang, Melayu, Ogan, dan Kayu Agung.
Bahasa Kayu Agung
Bahasa daerah Sumatera Selatan satu ini tidak hanya dituturkan di Kayu Agung, Kabupaten OKI. Bahasa Kayu Agung dituturkan di sejumlah desa di Kecamatan Tanjungsakti Pumu, Kabupaten Lahat. Kemudian beberapa desa di Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI).
Kemudian sejumlah desa di Kabupaten Banyuasin. Selanjutnya sejumlah desa di Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Musi Rawas.
Bahasa Kayu Agung juga memiliki sembilan dialek, yaitu dialek Lintang, dialek Kimak, dialek Pagar Dewa, dialek Pematang, dialek Penesak, dialek Kayu Agung Perigi, dialek Kikim, dialek Lubuk Rumbai, dan dialek Ngulak.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, persentase perbedaan kesembilan dialek tersebut berkisar 51 hingga 80 persen. Isolek Kayu Agung merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81—100 persen jika dibandingkan dengan bahasa Melayu, Komering, Lematang, Ogan, Pedamaran, dan Melayu.
Bahasa Jawa
Bahasa daerah di Sumatera Selatan terakhir uakni Bahasa Jawa yang dituturkan di sejumlah wilayah di Kabupaten Empat Lawang dan Kabupaten Banyuasin. Bahasa Jawa yang terdapat di Sumatera Selatan terdiri atas tiga dialek, yaitu dialek Makarti Jaya, dialek Gelebak Dalam-Sebubus, dan dialek Penyandingan.
Dialek Makarti Jaya dituturkan di Desa Makarti Jaya, Kecamatan Tembingtinggi, Kabupaten Empat Lawang. Dialek Gelebak Dalam-Sebubus dituturkan di Desa Sebubus, Kecamatan Air Kumbang, Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin. Dialek Penyandingan dituturkan di Desa Penyandingan, Kecamatan Sosoh Buay Rayap, Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Berdasarkan penghitungan dialektometri, persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 51—80 persen. Bahasa Jawa yang berada di Provinsi Sumatra Selatan dapat dikatakan sebagai bahasa yang sama dengan bahasa Jawa yang berada di Surakarta dan Yogyakarta dengan persentase perbedaan sebesar 60 persen sehingga beda dialek. Dan
bahasa daerah Sumatera Selatan yang terus bertahan hingga saat ini.(**)