Sempat di Amuk Massa, Diselamatkan Polisi
PALEMBANG, SuaraSumselNews |
DEMI sesuap nasi, agar adiknya bisa tetap sekolah. Seorang pria (25) di Kota Palembang nekad memungut besi bekas didepan halaman rumah warga.
Pria tinggal di Jalan Ki Gede Ing Suro, Kelurahan 30 Ilir, Kecamatan Ilir Barat (IB) II Palembang itu, namanya Samsul Bahri dan usianya baru 25 tahun.
Dia, (Samsul Bahri), memungut besi bekas didepan rumah seorang warga bernama Deni di Jalan Kapten A Rivai, Lorong Masjid II, Gang Sambu, Kelurahan Lorok Pakjo, Kecamatan IB I Palembang.
Samsul Bahri, diduga mengambil besi bekas di tempat yang sama sebanyak tiga kali. Sebelum diamankan oleh polisi ke Poltabes Palembang, Samsul Bahri terpergok Deni (pemilik rumah) saat sedang memungut besi bekas. Dia (Samsul Bahri) sempat disuguhi bogem mentah oleh Deni selaku pemilik rumah.
Beruntung, Samsul Bahri bisa diselamatkan oleh anggota Unit IV Sat Intelkam Polrestabes Palembang. Apa lagi saat itu, karena mendapat telepon dari Deni selaku pemilik rumah dan langsung meluncur ke lokasi.
“Anggota kami amankan yang bersangkutan dari amukan warga. Katanya yang bersangkutan sudah melakukan pencurian besi di rumah warga,” ujar Kasat Reskrim AKBP Nuryono. Selasa, (10/3).
Usai mengamankan Samsul Bahri, anggota Unit IV Sat Intelkam Polrestabes Palembang langsung membawa Samsul Bahri plus sebuah karung berisi besi bekas.
Deni, selaku pemilik rumah mengatakan, awalnya dia tidak curiga kalau besi bekas yang ada didepan rumahnya sebagian ada hilang. Dia mengaku hanya tahu kalau besi bekas yang ada didepan rumahnya sudah tinggal sedikit.
“Saya tidak tahu kalau besi yang ada di depan rumah itu sudah hilang. Sebelum kejadian yang saya tahu besi bekas yang ada didepan rumah sudah tinggal sedikit. Saya secara pribadi menyerahkan proses hukum kepada aparat penegak hukum. Saya sudah membuat laporan polisi,” terangnya.
Samsul Bahri mengaku butuh uang untuk makan sehari-hari dan membiayai sekolah adiknya. “Saya terpaksa melakukan ini kak, uang dari hasil kerja sebagai kuli panggul tak cukup untuk membiayai hidup kami berdua. “Saya melihat ada besi didepan rumah itu, saya pikir tidak dipergunakan oleh pemilik rumah,” akunya.
“Duit hasil menjual besi dan gaji menjadi kuli lumayan cukup untuk bisa dipakai untuk membeli sesuap nasi. Saya hidup berdua dengan adik saya. Orang tua sudah tidak ada lagi. Ya cuma punya satu orang adik, dia masih sekolah duduk di kelas 2 SMP,” bebernya. (*)
reporter : marisa oca