PALEMBANG, SuaraSumselNews | TATKALA kabar sedih itu merebak ke permukaan, hati H Dulmukti Djaja begitu pedih. Sebab Ibu Kristiani Herawati binti Sarwo Edhi Wibowo adalah sosok wanita lembut dan baik hati.
Saat mengenal Ibu Ani, begitu panggilan akrabnya, merupakan berkah yang luar biasa. Karena suaminya Mayjen TNI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) adalah Panglima Daerah Militer (Pangdam) II Sriwijaya selama setahun di Sumatera Selatan, (1996-1997).
“Saat itu saya masih bertugas sebagai wartawan foto (fotografer) surat kabar Sumatera Ekspres,” ujar Dulmukti, saat mengenang masa lalunya.
Sebagai fotografer, ia sering meliput tugas kemiliteran SBY dan Ibu Ani sebagai Ketua Persit Kartika Chandra Kirana.
Selama dua tahun meliput aktivitas Pangdam dan istrinya, banyak suka cita yang dirasa Dulmukti. Sebagai pendamping suaminya, Ibu Ani begitu cerdas dan memiliki inisiatif sangat tinggi bagi institusi yang dipimpinnya.
Yah, sejak awal menjabat Pangdam II Sriwijaya selama dua tahun setelah menggantikan Pengdam sebelumnya, Mayjen TNI R Karyono, banyak hal yang dapat dipetik dari momen berharga selama SBY bertugas di Palembang (Sumbagsel).
Momen berharga dari tiap kegiatan SBY dan Ibu Ani selama dua tahun, ia abadikan ke dalam album foto sebagai kenangan tak terlupakan.
“Alhamdulillah, momen-momen berharga yang menjadi kenangan berupa foto SBY dan Ibu Ani itu masih menjadi kanangan. Baik sebelum dan sesudah Pak SBY menjadi presiden, kedua suami istri tersebut masih selalu berhubungan melalui telepon,” katanya.
Bahkan kenangan indah selama mengabadikan tiap momen yang Dulmukti petik, menjadi perbincangan melalui SMS atau Whatsaap hingga di akhir hayat Ibu Ani.
Di sinilah yang membuat perasaan Dulmukti Djaja begitu sedih. Tatkala beredar kabar tentang wafatnya Ibu Ani, hati dan perasaan begitu pedih dan sedih. “Saya sempat menitikkan airmata,” ujarnya.
Setahu Dulmukti selama bergaul dengan suami istri tersebut, Ibu Ani begitu baik dan terbuka ke pada semua orang. Ia tidak memandang status sosial terhadap siapa saja, Ibu Ani murah senyum.
Wanita tangguh ini pun tak hanya peduli pada pendidikan dan kemasyarakatan, tapi ia begitu piawai dalam dunia fotografi.
Ada hal yang tak dapat Dulmukti lupakan adalah buku lux bertajuk “The Colours of Harmoni” berisi karya foto Ibu Ani yang begitu indah dan eksotis.
Foto-foto berupa kehidupan hewan, lingkungan dan nuansa kemanusiaan itu merupakan karya terbaik Ibu Ani sebagai A Photography Journey.
Isi pernyataan Ibu Ani di dalam SMS-nya, buku berisi gambar-gambar hewan, lingkungan dan kemanusiaan, seyogianya kami berikan sebagai souvenir bagi tamu negara. Namun khusus untuk Pak Dul, saya kirimkan.
Ah, dari bentuk komunikasi yang begitu mengesankan sebagai interaksi silaturahim Ibu Hj Kristiani Herawati SIP tersebut, merupakan budi baik yang melekat erat di dalam lubuk hati seorang H Dulmukti Djaja.
Bahkan ada momen paling melekat dalam ingatan Dulmukti, selepas peliputan, Pak SBY mencoba memberi buah tangan sebagai rasa terima kasih, namun Dulmukti menolaknya.
“Saat itu Pak SBY tersinggung bukan main. Namun ketika saya ungkapkan ikhwalnya ke Pak Suparno Wonokromo sebagai pemimpin tertinggi Sumatera Ekspres, uang itu halal. Karena saya tidak pernah sekali pun untuk meminta-minta ke Pak SBY,” ujar Dulmukti, tersenyum.
Terkait akhir kehidupan Ibu Ani yang baik dan murah senyum itu ke pada setiap orang, Dulmukti bermunajat ke pada Allah SWT agar segala amal ibadah yang diperbuat ibu Ani dapat diterimaNya.
Bahkan segenap kesalahan dan kekeliruannya dapat diampuni oleh Allah SWT serta mendapat tempat terbaik di sisiNya.
“Sedangkan ke pada seluruh keluarganya, terutama untuk Pak SBY diberikan kesabaran dan keikhlasan, amin,” ujar H Dulmukti Djaja mengusap lelehan airmatanya. (anto narasoma)