Ketika Burai tak Lagi Buram

PERJALANAN sekitar 30 menit dari Kota Palembang menuju Ogan Ilir melalui Tol Palindra (Palembang-Indralaya) tidak begitu terasa, apalagi setelah memasuki Wilayah Ogan Ilir menuju Desa Burai. Pemandangan nan indah menemani perjalanan, sehingga membuat mata tak merasa ngantuk.
Kampung Warna Warni Desa Burai.

Ditambah  kiri kanan jalan, tampak juga hamparan luas rawa, dan suasana alam yang terasa masih sangat ASRI. Begitu pula tiupan angin sepoi-sepoi  menyejukkan suasana perjalanan kami menuju Desa Burai.

Canda, tawa serta gurauan kecil menambah suasana semakin akrab  di dalam bus rombongan Field Trip SKK Migas dan FJM Sumsel serta Pertamina Asset 2  menuju Desa Burai. Ditambah lagi, bentangan luasnya rawa-rawa di Desa Burai masih banyak terlihat kerbau dan burung. Ke dua jenis binatang seolah tengah bermain bersama.

Tak terasa menikmati indahnya suasana alam dalam perjalanan, nampak gerbang selamat datang Desa Burai menandakan perjalanan kami, telah sampai menuju Desa Burai.

Di Burai sendiri membuat kesan yang indah, pasalnya  kami disambut dengan tari-tarian selamat datang khas Desa Burai. Sambutan ini membuat kami sangat terharu, bahkan membuat suasana Desa Burai semakin meriah, ketika sajian tarian itu dimainkan anak-anak Desa Burai.

Meski sederhana, kami merasa puas dengan hiburan itu sehingga membuat betah. Namun dibalik keindahan alam serta Keramahtamahan penduduk Desa Burai, mungkin banyak penduduk di Sumsel ini yang belum mengetahui jika Desa Burai  sudah dicanangkan menjadi  Desa warna warni, salah satu calon obyek wisata di Sumsel.

Kencantikan, kemolekan desa yang dulunya buram menjadi terang benderang, karena rumah-rumah panggung penduduk Burai di cat dengan warna-warni. Dimulai dari dinding, atap hingga tiang, sehingga membuat daya tarik tersendiri bagi siapa pun yang mengunjungi Burai.

Desa Burai ini, terletak di Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, dengan batas wilayah Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung Baru, Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Sejaro, Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Setul.

Sementara di  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Batu. Konon, Desa Burai memiliki sejarah yang panjang, mungkin masyarakat Sumsel juga sudah banyak mengetahui sejarah Burai. Salah satu peninggalan sejarah itu, yakni makam-makam keramat.

Tarian selamat datang Desa Burai.

Atas dasar itu, membuat pemerintah setempat untuk menggas Desa Burai menjadi salah satu calon obyek wisata. Sebagai BUMN, Pertamina Asset 2 pun akhirnya ikut terpanggil untuk mengenalkan Burai ke Mancanegara.

Salah satu strategi yang dilakukan Pertamina Asset 2, untuk mengenalkan Desa Burai ke belahan dunia, yakni, Burai dibuat sedemikian unik dengan  cara mengecat seluruh  rumah warga dengan  berwarna-warni, sehingga membuat daya tarik tersendiri bagi yang mengunjunginya.

Hal itu dilakukan, gunanya untuk menambah pendapatan penduduk Burai. Bagi pengunjung yang singgah pun, akan menjadi betah dengan warna warni yang terdapat di rumah-rumah penduduk.

Suryana (50) yang sehari-hari hanya menggantungkan hidupnya menjadi petani karet di Desa Burai mengaku sangat terbantu dengan dijadikannya Desa Burai menjadi calon obyek wisata baru (Destinasi wisata baru di Sumsel).

Ia menuturkan, sebelum menjadi obyek wisata kampung warna warni, warga desa hanya bergantung hidup menjadi petani di lahan sawah dan perkebunan karet, serta menyambi menenun kain songket.

“Bertani, perkebun sebagai mata pencarian masyarakat sini, namun setelah menjadi obyek wisata, mata pencarian kami bertambah dengan menenun kain songket,” ungkapnya saat diwawancarai di rumah limas peninggalan orang tuanya yang telah berumur ratusan tahun itu.

Dia menceritakan lagi, dulu songket agak begitu sulit untuk menjualnya harus di kirim dulu ke Palembang, dan butuh waktu berbulan-bulan untuk laku.

Namun, kini setelah Burai menjadi salah satu calon obyek wisata, rata-rata penduduk yang menenun kain songket tidak begitu sulit untuk menjual songket, karena banyak mengunjung yang langsung membeli.

“Untuk modal pembuatan songket sekitar Rp 300 ribu per lembar dan di jual Rp700 ribu   per lembar kain,” akunya.

Setidaknyan dampaknya bagi perekonomian penduduk Burai sejak dicanangkan menjadi Kampung Warna Warni sangat besar, apalagi saat harga karet semakin tak menentu dan murah. “Dari pendapatan Rp500 ribu saat ini sudah turun lagi menjadi Rp250 ribu per bulan,” akunya lagi.

Dia menjelaskan, sebagai alternatif lain untuk mencari nafkah, yakni dari kunjungan masyarakat luar Burai. Lumayan pendapatan bisa bertambah sekitar Rp400 ribu –Rp500 ribu per bulan, belum lagi jika kain songket laku.

Kaya Sejarah

Dulu Desa Burai lebih dikenal dengan desa sejarah, dimana disini banyak makam-makam kramat namun seiring waktu serta peranan pemerintah daerah serta Pertamina Asset 2, kini Desa Burai sudah sampai ke manca negara karena keunikannya.

Heragung Ujiantoro.

General Manager Pertamina Asset 2 Prabumulih, Heragung Ujiantoro di sela-sela lokakarya Media Field Trip dan Pembukaan Media Kompetisi Satuan Kerja Khusus (SKK) Minyak Gas (Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Wilayah Sumbagsel bersama Forum Jurnalis Migas (FJM) Sumsel 2018 belum lama ini mengatakan, Desa Burai salah satu salah satu calon obyek wisata dan dibangun melalui program corporate sosial responsibility (CSR) Pertamina EP Asset 2.

Hal itu tertuang juga  berdasarkan undang-undang, bahwa sebagai perusahaan untuk melakukan CSR. “Sebelumnya sudah kita koordinasikan dengan pemerintah daerah setempat setahun lalu,” ujarnya.

Program CSR perusahaan ini terangnya berkolaborasi dengan pemerintah daerah setempat, seperti Desa Burai dijadikan calon objek wisata.

Alasanya mendorong Desa Burai menjadi salah satu calon destinasi wisata di Sumsel, karena daerah ini kaya sejarahnya, namun masyarakat belum banyak mengetahui keberadaan Desa Burai.

Mohammad Agus.

“Banyak warganya juga bekerja di luar, begitu mengetahui desa ini akan dijadikan desa wisata mereka akhirnya  berbondong-bonding untuk  pulang untuk membantu mengembangkan potensi desa,”urainya.

Dia menilai Desa Burai merupakan sebuah embrio, sudah dilahirkan, kini mulai beranjak untuk  mulai di dewasakan.“Yang jelas sesuai apa yang kita inginkan bersama, penuh potensi disini, dan tak lupa dukungan juga kepala desanya,” tuturnya.

Dia juga berharap kepada media  dapat membantu mempromosikan obyek wisata Burai sehingga mampu memberikan semangat bagi masyarakat untuk lebih memajukan desanya.

Mohammad Agus, salah satu perwakilan SKK Migas Sumbagsel mengatakan program ini bagian dari Fieldtrip SKK Migas Sumbagsel. “Jadi sebagai bagian acara fieldtrip ini salah satu berkunjung disini, rekan-rekan jurnalis agar bisa membantu memviralkan desa ini sebagai salah satu calon obyek wisata di Sumatera Selatan,” jelas Agus.[**]

Penulis : Asri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *