Petugas KPU Mulai Unjuk Gigi
PALEMBANG, SuaraSumselNews- PERHELATAN dua momen penting, Senin dan Selasa (13/2) kemarin, penetapan Pasangan Calon (Paslon) dan pengundian nomor urut Calon Gubernur-Wakil Gubernur Sumsel oleh KPU Sumsel, mulai unjuk gigi.
”Maaf ya tak boleh masuk,” sergah petugas Sekretariat KPU Sumsel kepada para wartawan yang ingin masuk kala itu. Bahkan oknum petugas tadi sepertinya ‘galak’ tanpa memberikan alasan yang lebih jelas. Padahal, saat itu sejumlah wartawan telah memperlihatkan ID yang dikeluarkan KPU disini, maupun dari media tempat mereka bekerja.
”Sekali lagi, mohon maaf tetap tidak bisa. Kalau kalian masuk nanti, toh wartawan yang lain ikut-ikutan masuk,” komentar petugas tadi dengan sikap tidak bersahabat tersebut.
Sementara sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumsel telah mengeluarkan ID Card khusus meliput acara penetapan pasangan calon dan pengundian nomor urut di aula Hotel Novotel Palembang, Selasa kemarin (13/2). ‘’Tetapi, ID yang dikeluarkan oleh KPU tersebut, tidak bisa digunakan, saat acara berlangsung’’.
Dari kejadian tersebut, Pengamat Politik Sumsel, yang juga seorang wartawan senior, DR Arif Ardiansyah beraksi. Dia menyayangkan sikap petugas KPU sepertinya kurang bersahabat dengan media. Padahal mereka mengetahui, media itu merupakan mitra dalam sosialisasi kegiatan KPU ke masyarakat.
Dan lagi ada Komisioner KPU Sumsel adalah mantan wartawan. Seharusnya dia lebih memahami tugas para wartawan seperti apa. ”Di KPU Sumsel itu harusnya tahu kalau menghalang-halangi media meliput, tidak dibenarkan. Dan lagi pihak KPU telah mengeluarkan ID resmi.
‘’Ya, kalaupun ada batasan, bisa ditampilkan dalam ID. Bukan melakukan pelarangan saat wartawan bertugas dilapangan seperti kejadian kemarin,’’ ujarnya.
Terkait kejadian tersebut, diminta pihak KPU perbaiki kinerja dan hubungannya dengan para media. Tahapan pilkada masih banyak. Kalau hal seperti ini terus berlangsung, dikhawatirkan menimbulkan persoalan baru, urai Arif.
Pastinya, ada pernyataan anggota Sekretariat KPU ini, membuat kecewa para wartawan media lokal, nasional. Karena tidak bisa meliput momen yang hanya berlangsung 5 tahun sekali itu.
Buktinya banyak wartawan media online dan media cetak, sebut saja Asri dan Wiwin, mereka ‘bingung’ pola dan sikap panitia yang melarang sebagian wartawan meliput pengundian nomor pasangan calon. Sementara sejumlah wartawan lainnya, bisa masuk tanpa dihalang-halangi oleh petugas, terang mereka kepada SuaraSumselNews,kemarin.
“Kita kurang tahu alasan petugas, toh kenapa media dilarang meliput dan masuk mengambil berita dalam kegiatan ini. Padahal dari pihak KPU Sumsel telah keluarkan ID khusus. Toh, kenyataaannya kami tak bisa meliput kegiatan tersebut,’’ kilah mereka lagi.
Bahkan upaya halang-halangi peliputan ini, bukan hanya saat pengundian nomor urut saja, tetapi sebelumnya saat penetapan pasangan calon, Senin (12/2), sejumlah wartawan di halang-halangi oleh panitia, dengan alasan minta surat tugas. Padahal saat itu, wartawan telah membawa ID dari KPU dan ID dari media bersangkutan.
Ironisnya lagi, saat meliput penetapan calon, kami tidak hanya dimintai ID dari KPU dan ID dari media masing-masing. Tetapi diminta surat tugas. Alasan mereka untuk laporan keuangan dengan BPK. Hal ini membuat kami heran, karena selama meliput di KPU, sejumlah wartawan tak pernah diberi uang transport atau apalah.
Sementara, anggota KPU Sumsel, Ahmad Naafi menyayangkan kejadian tersebut. Dia janji akan melakukan evaluasi internal. “Percayalah klarifikasi wartawan akan kita rilis,’’ jawab Naafi dengan tergesa-gesa itu. (*)
TG中文版下载 群组功能强大,可容纳大量成员,适合社群交流和信息分享。