2017, Tahun Penuh Tantangan Pusri

  • Pusri Laksanakan Pengantongan Pupuk Terakhir di Tahun 2017 dan Perdana di Tahun 2018

Suarasumselnews.co.id, PALEMBANG Tahun 2017 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi PT Pusri Palembang, karena harus berhadapan dengan berbagai kendala serta persoalan. Diantaranya pabrik-pabrik PT Pusri Palembang yang sudah berumur tua dan boros, ditambah lagi dengan harga gas yang tinggi sehingga berdampak pada harga jual produk komersil menjadi sulit untuk bersaing dan ditambah dengan masuknya produk pupuk pesaing dari luar negeri yang menawarkan harga pokok produksi yang lebih rendah di bandingkan pupuk nasional.

Selain menghadapi banyak kendala serta persoalan, untuk tahun PT Pusri Palembang menoreh keberhasilan dengan me-lounching Produk Pupuk Kemasan Ritel 1, 5, 10 dan 25 kg, produk inovasi, Mantri tani, dan Klinik Tani di beberapa daerah di Indonesia.

Kemudian pada tahun ini perusahaan juga telah merealisasikan salah salah satu proyek strategis perusahan, yaitu dengan memulai pembangunan proyek NPK Fusion II dengan kapasitas desain sebesar 2 x 100.000 ton/tahun. PT Pusri Palembang akan terus melakukan pembangunan dengan membangun Pabrik Pusri IIIB serta proyek-proyek dan produksi inovasi lainnya.

Secara keseluruhan pada tahun 2017 produksi pabrik eksisting untuk area amonia dan NPK mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2016, hal ini dibuktikan dengan realisasi produksi, untuk pupuk urea di tahun 2016 sebesar 1.671.160 dan untuk 2017 meningkat menjadi 2.215.150, untuk Amonia dari 1.221.900 meningkat menjadi 1.531.820 dan untuk NPK sendiri dari 71.810 menjadi 88.997. 

Pengantongan Terakhir Tahun 2017

Pengantongan terakhir pupuk Pusri tahun 2017 dan pengantongan pertama tahun 2018 dilakukan di Pabrik Urea 2D dan dihadiri seluruh manajeman PT Pusri Palembang. Direktur Utama PT Pusri, Mulyono Prawuro mengatakan usai pengantongan, dari empat pabrik yang beroperasi merupakan pabrik tua dan rata-rata sudah berusi di atas 30 tahun dan ini menjadi tantangan bagi Pusri untuk bersaing dengan industri pupuk lainnya.

”Pabrik pupuk tua tersebut boros dalam penggunaan bahan baku sehingga membuat produk Pusri sulit bersaing di pasaran,” ujarnya, Jumat (29/12/2017).

Namun saat ini Pusri sudah bisa menyalurkan pupuk yang dialokasikan oleh pemerintah untuk subsidi kepada petani seitar 1 juta 363 ton dan sudah menghasilkan seratus persen, jelasnya.

Ia menjelaskan untuk alokasinya masih sama, total pemerintah mengalokasikan pupuk subsidi 9,5 juta ton untuk seluruh pupuk Indonesia. Untuk 2018 tetap 9,5 juta ton, “Dan itu tadi dibagi-bagi, ada Urea, NPK, Organik, ZA dan ada SP36,” bebernya.

Ia menjelaskan, Pusri mendapatkan alokasi untuk menyalurkan pupuk subsidi sekitar 1,3 juta kedaerah-daerah yang menjadi kewajiban Pusri yakitu daerah Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Jambi, Babel dan Lampung.

“Sementara bisa memenuhi kebutuhan petani kita untuk bisa produksi, sesuai dengan target pemerintah, namun memang tidak sesuai dengan harapan petani kita, karena alokasi terbatas, jelasnya.

Agar subsidi bisa tepat sasaran, menurutnya untuk daerah Jawa Tengah sudah dilakukan ujicoba dengan gapoktani, diharapkan dengan gapoktani ini bisa lebih baik lagi. 

Pengembangan Usaha Melalui PKBL

Selain itu untuk kontribusi kepada masyarakat PT Pusri Palembang melalui Departemen PKBL telah mengembangkan usaha kecil serta pemberdayaan masyarakat melalui program kemitraan dan bina lingkungan sampai dengan bulan November realisasi dana yang disalurkan yaitu sebesar 31.313.265.436 dari total RKAP Rp. 26.000.000.000. Manajemen berharap untuk tahun 2018 PT Pusri Palembang dapat terus membuat inovasi dan melakukan diversifikasi produk bekerja lebih keras dan lebih giat lagi agar semua tujuan serta visi dan misi perusahaan dapat tercapai. (Asri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *