Deteksi Dini HIV/AIDS

  • Puncak peringatan Hari HIV/AIDS se-dunia 2017

PALEMBANG- Puncak peringatan Hari AIDS se-dunia 2017 dipusatkan di Palembang dijadikan puncak Hari AIDS sedunia secara nasional, benar-benar luar biasa, ribuan masyarakat yang hadir. Kesemarakan peringatan hari AIDS kali ini semakin meriah dengan dicanangkannya program jalur tepat 90-90-90, yakni program yang dapat menekan penyebaran virus HIV/AIDS, yang diselenggarakan di Griya Agung, Selasa (5/12).

Dengan program ini diharapkan dapat menekan penyebaran virus HIV/AIDS, artinya dengan metode ini dapat mengelompokkan bagaimana cara  menemukan, mengobati, mempertahankan. Artinya, 90 persen mereka yang terinfeksi menyadari statusnya dan 90 persen orang dengan status HIV mendapatkan akses layanan dan pengobatan serta 90 persen ODHA mempertahankan pengobatan dan dukungan ARV (Anti Retro Viral).

Gubernur Sumatera Selatan, H Alex Noerdin mengatakan, Selamat Hari AIDS International yang dipusatkan di Provinsi Sumatera Selatan. Selain itu Gubernur juga mengucapkan selamat datang di provinsi tuan rumah Asian Games, “Selamat datang di Provinsi tuan rumah Asian Games, sudah menjadi program kami sejak dulu kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja,” ujarnya.

Selain itu Gubernur sangat mengapresiasi kegiatan yang dinilai positif bagi kehidupan. Ia menghimbau masyarakat untuk tidak perlu takut dalam mendeteksi sedini mungkin dengan melakukan test 90.90.90 untuk kehidupan kedepan yang terjamin.

“Silakan deteksi sedini mungkin, jangan takut. Sesuai tema Kita bisa, kita sehat,” himbaunya.

Sementara itu Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. H. Mohamad Subuh, MD, MPPM mengatakan bahwa untuk tahun ini sebanyak 7,5 juta orang sudah melakukan pemeriksaan.

“Tahun ini sudah melakukan pemeriksaan sebanyak 7,5 juta orang. Tahun 2018 kedepan melakukan kurang lebih 10 juta orang. Nah ini harus dilakukan upaya-upaya percepatan 90.90.90,” bebernya.

Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel, Lesty Nurainy, Apt.,M.Kes saat dibincangi diruang kerjanya mengatakan, untuk penderita HIV/Aids itu apa yang harus dilakukan, “kemudian sekarang ini dikenal dengan TOP, artinya Tes agar supaya masyarakat berani melakukan test HIV ini, supaya tau status HIVnya, dia menderita HIV atau tidak, kemudian O nya itu Obati, kalau kita sudah test dan dia positif dia harus diobati, dan yang P, pertahankan pengobatannya,” jelasnya.

Ia menambahkan, seperti disampaikan Dirjen, HIV/Aids penyakit ini sebetulnya menular, tapi tidak mudah cara penularannya dan bagaimana supaya masyarakat tidak terjangkit penyakit HIV.

“Itulah program kita itu kearah sana semua, supaya masyarakat mengerti betul mengenai HIV/Aids,” jelasnya.

Lesti menambahkan, jika sudah terkena HIV Aids, ini mengurangi produktivitas yang bersangkutan dan sekarang ini utamanya mengenai usia 20 sampai 50 an dan untuk Sumsel sendiri sekitar 2700, bebernya.

Untuk 2018 mendatang, Lesti menjelaskan akan mengupayakan dan temukan yang sakit HIV, dengan target 90 persen dan dari target 90 persen ini diupayakan diobati.

“90 persen yang diobati itu harus dipertahankan pengobatannya,” jelasnya.

Program sebelumnya 3 zero, yakni jangan ada inpeksi baru HIV artinya masyarakat jangan bertambah jumlahnya terjangkit HIV dan zero kedua, tidak ada kematian akibat HIV Aids, kemudian zero ketiga, tidak ada diskriminasi terhadap orang-orang yang terkena HIV, sebab masyarakat yang kurang mengetahui kalau ada orang terkena HIV akan dikucilkan.

“Dengan demikian orang yang terkena HIV sendiri tidak merasa down dengan penyakitnya itu,” bebernya.

Lesti menjelaskan, ibu rumah tangga itu populasinya sangat besar tertular, karena minimnya pengetahuan tentang HIV, ini bisa tertular dari suami, tanpa adanya edukasi mereka tidak akan terpikir bahwa mereka akan terjangkit  penyakit itu.

“Sebab HIV Aids menularnya melalui hubungan seksual secara langsung, jarum suntik dan lainnya,” jelasnya. (asri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *