Cara Didik Anak Ada Perubahan

Germas Adakan Seminar Kesehatan Gizi

PALEMBANG, SuaraSumselNews | VEGAN Festival Indonesia didukung Kemenkes melalui Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) laksanakan seminar pendidikan dan gizi  kesehatan. Acaranya dipusatkan di Grand Ballroom Ceria, lantai 8 Gedung Sekolah Maitreya Wira, Jalan Residen Abdul Rozak Palembang, Minggu kemarin (23/9).

Pemerhati Anak Indonesia, Dr Seto Mulyadi, PSi,M.Si  mengatakan, era sekarang  cara mendidik anak harus ada perubahan. Hal itu karena mendidik anak zaman dulu, biasanya dengan kekerasan. Dan sekarang, tentu bukan eranya lagi. Jadi hal ini justru kontraproduktif,makanya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melahirkan tentang konferensi hak anak tahun 1989  waktu itu.

Indonesia sekarang sudah merakifikasi konferensi tersebut. Dan konferensi ini sudah mendunia (internasional), hampir di semua negara telah merakifikasinya. Hanya dua yang tak merakifikasi, Somalia dan Amerika.

‘’Amerika tak merafikasi karena undang-undangnya lebih lengkap dari konferensi itu. Bahkan apabila anak dipukul orang tuanya langsung menghubungi 911 call center, polisi langsung datang untuk menangkap orang tuanya,’’ungkap Kak Seto panggilan akrabnya saat membuka seminar pendidikan.

“Ini cukup tinggi kepedulian kesadaran melindungi terhadap anak. Melalui kampanye ini bagaimana cara mendidik anak dengan kekuatan cinta. Bukan cinta pada kekuatan dan kekerasan. Hal ini yang bisa diberikan pada orang tua dan guru,” urainya.

Selain itu, Kak Seto menjelaskan, kaitannya dengan vegan, menurut pengalaman, menjadi lebih tenang dan tak emosional. Juga selalu berpikir positif dengan semangat dan gembira penuh kasih sayang seta persahabatan. “Itu dampak hidup vegan, karena apa yang dimakan, bisa menjadi penyebab yang dilakukan,” tuturnya.

Sementara, Ketua Yayasan Tempe Internasional, Drs Susianto Tseng MKM menambahkan, konsumsi bahan pangan nabati, tanpa produk hewani,ternyata tidak sulit. Berbagai penelitian, membuktikan bahwa menerapkan pola makan vegan, vegetarian murni akan membuat hidup lebih sehat, bugar dan terhindar dari beragam penyakit.

“Tak perlu takut kurang gizi, lemas dan tak bergairah. Karena makanan nabati menyediakan semua zat penting yang dibutuhkan tubuh, untuk segala usia, jumlah sayur, buah, kacang-kacangan. Dan umbi-umbian yang berlimpah dan gampang diolah, membuat vegan mudah dipraktikkan,” ujarnya.

Katanya, vegan mengurangi risiko kanker hingga 60% dan jantung 90%. Kolesterol, asam urat, hipertensi, diabetes dan osteoporosis bisa diatasi dengan vegan. Biji wijen mengandung kalsium hampir 10 kali lebih banyak dari pada susu. Konsumsi kedelai mengurangi risiko patah tulang pinggul.

“Tempe mengandung zat besi 10 kali lebih banyak dari daging kambing, 7 kali dari daging ayam dan 4 kali dari daging sapi. Menjadi vegan adalah suatu keputusan kecil yang sulit dilaksanakan. Tetapi berdampak besar terhadap diri sendiri dan alam semesta,” paparnya.

Kita ketahui, sebagian kalangan masyarakat Indonesia masih klasifikasi tempe sebagai makanan kelas menengah ke bawah. Bahkan tempe dijadikan indikator status sosial seseorang. Padahal faktanya, sejak dulu tempe merupakan menu istimewa kaum bangsawan. Kini, tempe merupakan produk pangan nabati berkualitas tinggi di berbagai negara,”tandasnya. (ma)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *